Friday, November 13, 2009

Dalam perbincangan

Pernahkah kita bicara tentang gundah yang bersela di perbincangan. Hingga kita sering memaparkan serapah cinta. Air mata. Dans emakin sadar kita membangkang. Arah Nafsu. Buta. Tanpa percaya sesiapa. Berdua. Kau aku menggigil rindu.

Pernahkah kita bicara tentang sesal yang secara tak sadar selalu kita hadirkan di perbincangan. Sesal yang lalu jadi kesal. Sebab lama lama kita makin bebal.

Hancur

Hancur sudah semua idealisme yang selalu dijunjung tinggi dan penuh perjuangan!!Di tangan seorang, cuma seorang, cuma seorang!!Ampun danu, betapa lemah dirimu!!!!!Ancur ancur ancur ancur!!!!JACOK TENAN!!!

Malioboro

Ada angkringan, kendaraan dan lalu lalang jiwa manusia
Menyesak memantul menunggu beberapa menelusur dengan lagu
Jalan pulang ada di mana
Jalan yang makin sungsang karena kenang

Ada bangku panjang, beringin dan entahnya rasa manusia
Merapal mantra mantra angka dan alkohol
Mengeraskan bau lusuh
Bau lusuh penuh dusta dan palsu

Ada lampu, halte baru dan ruangan penuh rindu
Barangkali mencari bibirmu yang sepertinya lembut
Tuk dikecup

Teruslah bernyanyi

Hei.....saatnya untuk kembali, satnya tuk ikuti kata hati.....hei hei....saatnya untuk bernyanyi....melagukan mimpimu hari ini.....................

Page, whatever you are, aku masi stres nunggu dia!!Shit Fuck!!!

Tebarkan cinta dan terus bernyanyi nyanyikan lagu yang menghibur hati..........

Page, whatever you are, ini dia intro kita buat dirimu yang ge jelas itu!!

Hei...saatnya berlari memutar waktu menjalin mimpi..........

Kembali ke peradaban

Gimana?Keren kan judul di atas?SSeeePPP!!Judul di atas itu menunjukkantingkat intelektualitas saya yang benar benar sangat rendah!SSSeeePPP!!Kenapa gitu bung danu?weittsss....!!Apa ne!Kamu siapa!!baiklah, aku kan menjelaskan dengan bahasa yang sempurna dan paling sederhana:

SIRAH NGELU, ATIKU EMBUH-EMBUHAN, WETENG LUWE, TERUS AKEH BANGET SENG DIWOCO, PLUS GA NEMU IDE, YO WESSS...AKHIRNA KOYOK NGONO COK!!!GATEL KOWE COK!!!

Jadi begitulah latar belakang saya membuat judul tersebut. Baiklah kita mulai cerita ini di hari rabu sore, di sebuah shelter trans jogja.

Di suatu hari yang dinamai hari rabu hiduplah dengan tenang dan galau-dengan-perempuan, seorang lelaki tak cerdas dan juga tak pintar yang bernama saya. Saya sedang berada di sebuah shelter bus Trans Jogja yang terkenal karena berbagai persoalanya itu, dan sampe sekarang g selesai selesai, bahkan sempat membuat ricuh kelompok kelompok tertentu!Saya sedang mencoba naik bus trans Jogja untuk menuju suatu kompleks peradaban yang sangat materialistis dan membuat air liur menetes, yang bernama amplas. Bertanya saya pada pak penjaga shelter apakah ada bus trans jogja yang menuju amplas. Pak penjaga menjawab tidak ada, tapi bisa naik bus untuk berikutnya transit di sebuah shelter yang kemudian berikutnya naik bus trans jogja yang menuju amplas. Dengan perasaan dibodoh-bodohi tapi bisa merasa maklum karena memang bodoh (kok malah jadi ikut ikutan dia se!halah!), saya pun menurut komentar pak penjaga shelter. Menunggu beberapa detik sambil berkontemplasi kira kira apakah perempuan yang ada di dekat saya ini sudah punya pacar ato belum, bus trans jogja pun datang dengan gayanya yang khas bus trans jogja. Disambut kenek bus yang cukup menawan dengan kata kata dan kelincahan geraknya, saya naik bus trans jogja pada akhirnya!UUUUUuuuuu.......hatiku masih gundah gulana memikirkan wanita itu.....tapi ya udah, cuek aja!berkelanalah saya dengan bus trans jogja, melihat JEC yg penuh ama penyanyi penyanyi audisi Indonesian Idol, melihat pesawat terbang take-off, melihat wanita dalam pikiran saya, dan sampelah di shelter yang dituju, nyebrang ke shelter yang ada di sebrang (duduls, namana juga nyebrang!), menunggu dengan sebelumnya bayar uang seribu, tak lama, lalu datanglah pahlawan bertopeng.......PAHLAWAN BERTOPENG...SHINCHAN!!!

Maaf, salah tulis, datanglah bus trans jogja, naik, jubel-jubelan..dan nyampe di amplas. Setelah ngemis ngemis dan akhirna dapat uang cukup buat nonton (serius bang?ngemis?), pergilah saya ke lantai tiga, nonton felm sinetron yang berjudul LOVE. berharap kayak Love Actually yang bukan main indahnya itu, tapi ternyata bener bener felm khas Indonesia, jadi nyesel ngeluarin duitna, tapi ga pa pa lah (ini banci ngapain se!!mondar mandir di depan!kayak semut aja!) sebab saya merasa sangat senang sekali ketika nonton, kenapa?di sebelah kanan saya duduk 6 perempuan cantik dan di sbelah kiri saya duduk dua perempuan cantik, diapit perempuan bboooo.....aih ga ku..ku....ngiri kan ente!?wakakakakakkakaka...maaf ye..kejadian langka ne, seumur hidup belum tentu bakalan kejadian lagi!ckakakakaka.......dengan perasaan tak berdosa saya bayangkan satu dari perempuan perempuan itu ada yang megang tangan saya atau nangis di pundak saya, tapi ternyata tidak ada sama sekali!!Monyet!!dasar felm semprul!!

felm pun habis dan saya kembali pulang dengan tangan hampa tanpa membawa perempuan di belahan jiwa (halah!!!sok puitis!!!), naik trans jogja lage, turun di bethesda, masuk UGD, melakukan aksi percobaan bunuh diri tapi ternyata dilarang ama pasien rumah sakitnya!Tancap ke warnet akhirna!!Memuasakan rindu yang terlalu nyiprat, sampe bikin lupa minum susu (hubungan rindu ama susu apaan mas?heh!)

Kamis page pun datang dengan penuh senyum cengar cengir penjaga wartel!Biasanya nelpon malem, sekarang malah nelpon page page!kena 120% dah tarifna!akhirna pergilah ke suatu daerah yang bener bener bikin pusing kepala. SKIP!!LEWATIN YANG INI!MALES CRITO!!

Sampe jam setengah 3 sore, lalu kupergi mandi tak lupa gosok gigi dan membersihkan sprei sambil bernyanyi nyanyi lagu ibu pertiwi...."ooo..ibu dan ayah..selamat page..kupergi sekolah sampe kan nanti...(lupa lanjutanya)" lalu dengan bus kota biasa, pergilah saya ke warnet yang makin lama makin ga pengen saya cintai ini, asuu!banci tambah akeh ndek kene!!!Setelah itu jam nonton acara di LIP dimulai, berangkatlah saya ke LIP, ffyyuuhhhh....bener bener mantap!!Ya musiknya!Ya coretan coretanya!Ya perempuanya!!Ya pola tingkahnya yang bener bener campuran antara metropolis dan rebel!dasar orang orang tajir!!

Lalu balik ke warnet lagi, dan di sinilah saya membuat tulisan ini, berharap anda mau ngomentari, ya senggak enggaknya mungkin anda mau nanya apa saya sudah punya pacar ato belum, ato mungkin anda mau menawarkan diri sebagai pacar saya?asal bukan banci dan gay, maksudnya jika anda perempuan normal, sok atuuhhh....pacaran yuukkk neng.....yuukkk hunnyku.....

Semakin fragmen

I

Kita memulai waktu waktu yang sepi. Sendiri.
Dalam hangat pagi. Senyum yang mentari. Menghirup semu.
Pun juga keliru, dari ikal rambutmu, aroma katamu. Kental
Membelenggu. Rusuk usiaku yang tak pernah menopang daging lelaki.


II

Mungkin terlalu lama membekukan hati. Hingga terlalu.
Sebab walau hanya bau, kita berani bilang rindu. Merdu.
Lalu gumam gumam malu mencatat peluh. Punggungmu yang penuh
Abjad abjad hasrat yang meliukkan resah. Narasiku yang hitam.

Sampaikah kita di ruang sajak hangat. Arah kiblat.
Di mana malam bukan angka-angka khayal. Atau bacaan sia sia
Hamparan kisah adam-hawa. Dendang lirik-lirik dusta.
Melajur hingga keras. Tak pernah tuntas. Ayat utopia.


III

Catatan dendam dijadikan halaman depan. Alasan panjang jejak kita.
Yang semula terasa labirin, malah makin belantara. Tak sederhana.
Tapi kita tetap asyik masyuk mengeja ruang istirahat.
Penuh kecupan. Vagina. Sajak. Kadang segenap ranjang.

Tanpa dialog pun, kita sudah jijik dengan tangis.
Kita bikin romantisme perasaan. Penuh seluruh.
Hingga imajinasi mengapi-api. Sampai masturbasi.
Di birahi instalasi. Instalasi birahi yang sunyi.

Kita makin lekas menyesat. Tak berkendali.
Tanpa merasa perlu ejaan akhlak. Atau altar tengkar.
Bukan lagi hutan, kita adalah kesemestaan.
Bukan lagi cinta, kita adalah asal muasal. Pekat.

Fragmen

Jika malam sudah terlanjur datang dengan mendung, mari sediakan payung, agar nanti ranjang senyummu tetap indah tanpa rasa jengkel pada hujan.
Jika malam sudah terlanjur datang dengan kantuk, mari mendambakan lagu, agar nanti sajak perasaanku tetap suci tanpa rasa benci pada basi basi mimpi.

Jika masih kita damba ranjang di saat hina makin menguasa. Malam. Segenap daya melelah. Tinggal perihal gelap dan miris pada gigil udara.
Kenapa begitu jauh ranjang dambaan?Hingga doa hanya menyisakan kutuk.

Jika masih kita damba malam yang kadang penuh serapah. Resah. Kontemplasi ragu. Menyiapkan ziarah ke arah kiblat yang makin entah.
Kenapa kita damba malam?Arah vagina?

Jika masih kita damba apa. Penuh bara. Iyakah?

Suara tulis yang tak mau menipis.
Terus menerus. Terus menerus. Terus menerus.

Fragmen

Jika malam sudah terlanjur datang dengan mendung, mari sediakan payung, agar nanti ranjang senyummu tetap indah tanpa rasa jengkel pada hujan.
Jika malam sudah terlanjur datang dengan kantuk, mari mendambakan lagu, agar nanti sajak perasaanku tetap suci tanpa rasa benci pada basi basi mimpi.

Jika masih kita damba ranjang di saat hina makin menguasa. Malam. Segenap daya melelah. Tinggal perihal gelap dan miris pada gigil udara.
Kenapa begitu jauh ranjang dambaan?Hingga doa hanya menyisakan kutuk.

Jika masih kita damba malam yang kadang penuh serapah. Resah. Kontemplasi ragu. Menyiapkan ziarah ke arah kiblat yang makin entah.
Kenapa kita damba malam?Arah vagina?

Jika masih kita damba apa. Penuh bara. Iyakah?

Suara tulis yang tak mau menipis.
Terus menerus. Terus menerus. Terus menerus.

Di beranda

Narasi rumusan kita istirahatkan saja
Di beranda ini kita eja kembali
Derasnya waktu dan kepulan uap masa lalu
Sambil berharap datangnya tamu bernama geguguran

Kedatangan

Ia datang dengan sengaja. Tanpa jejak sejarah. Memberi kecupan bergincu hangat rumah. Tanpa alasan yang berlatar jelas. Begitu saja. Kuabadikan itu kecupan menjadi ruang lengang. Yang hangat. Yang bisa kami jadikan tempat singgah di suatu waktu entah nanti.

Ia datang tidak dengan enggan. Hanya bebal yang ada di benaknya waktu itu. Karena sendiri makin terasa badai baginya. Dan kepul coklat hangat sudah tak bisa mendamaikan hatinya. Ia meminta segelas kopi hasrat kental. Lalu mencari luasnya malam dan bintang, yang katanya adalah kebebasan. Mungkin dia merasa harus menyesatkan dirinya dari jalan pulang ke ibu bumi, tempat ia berasal.

Ia datang dengan catatan khusus. Di tubuhnya yang penuh peluh, ia belenggu embun lelaki. Dengan penuh tangis, kadang ia buka lembaran keriput masalahnya. Penuh halang rintang. Ia merasa semacam korban, semacam sketsa kejadian.

Ia datang tidak dengan luka. Hanya derap langkah. Barangkali semacam sajak yang ingin bercerita tentang perempuan.

Doa untuk rindu

Aku berusaha mengerti rindumu. Barangkali kudapat sebuah hasrat.
Mungkin rasa gugat. Mungkin sketsa perang teka teki kehidupan
Kembang. Kental kehidupan bintang. Atau mungkin sekedar
Dendang. Sebuah jalan pulang ke Maha Tembang.

Rindumu seakan deretan perabot di sebuah ruang. Instalasi bisu.

Barangkali kau mau beri aku kecupan. Yang teramat pekat.
Agar rindu tak sekedar kukecap. Agar rindu bukan segenap sesat.

Mungkin kau bersedia memberi ayat ayat jejak. Yang sederhana.
Agar rindu tak sekedar birahi. Agar rindu bukan segenap gema kosong belaka.

Rindu #1

Jika ini memang waktu kita untuk bicara cinta, kenapa tidak kau tutup pintu hatimu. Terlalu banyak lelaki yang hilir mudik di sana. Terlalu banyak lalu lalang kendaraan perasaan. Sedangkan aku lelaki mentah di tindak tanduk pengalamanmu. Jika aku memang tak mengerti ini waktu buat apa, kenapa tidak kau geraikan rambut rambut hitam pujianmu padaku.

Lalu mungkin suatu waktu yang kau janjikan di awal pertemuan itu terjadi, rumusan macam apa yang kubacakan sebagai rindu. Aku masih menunggu, menunggu hingga mungkin senyummu benar benar membelenggu.

Rindu #2

Di daerahku, kau menggigilkan kemarau yang mencari danau danau lagu untuk dikeringkan. Di daerahku, kau merusak mantra mantra yang selalu meminta air mataku.
Aku menjadi terkagum dengan hujan dan basahnya asmara yang kau sajikan. Aih, ini bukan mimpi perempuanku, dan kau menjadi sajak yang mengisahkan hangat rumah.

Rindu #3

Kau memberi ruang yang bernama kosong di pelepah hatiku yang makin kacau.
Dan selalu tentang lagu waktu yang kau sesali. Aku harus galau?Kini tinggal senyum yang sehijau daun yang kau miliki. "Untukmu teman priaku..." katamu. Tak ada semacam sajak yang mengajak berkenang-kenang dengan dusta usia. Kau hanya memberi realita.

Kau memberi ruang yang bernama pesona di barisan egoku yang makin bebal.
Dan segenap darah kau alirkan seakan begitu mudah cinta kita dendang. Di mana kita simpan segala luka, dusta atau jejak?Apa yang ingin kita layarkan di sekian amanat yang kita simpan. Hanya menjadi sajakkah?Menjadi selimut di dingin emosi kita?

Kau memberi ruang yang entah bagaimana menjadi adegan. Wajah wajah dan rupa rupa pelayaran waktu. Pelayaran lagu. Pelayaran yang kadang hanya menyisakan kata kejam. Kata beban. Kata rumusan. Kata khayalan. Kata kata kita yang makin tak bisa kita sempatkan di warna warna cinta.

Doa

Yesus,
sudahkah kau berunding
dengan Nabi Muhammad
tentang satu gembalamu
dan cintanya padaku

Bimbim, kamu jangan menangis.....Bimbim kamu jangan menangis....Gitar..........

Hahhh.........Si ini sakit, si itu lagi happy abis liburan dari Jogja, si itu jengkel ama internet, si itu mau nerbitin buku, si ini bikin puisi bagus, si dia masih di ujung titik sana yang jauh.

Sakit

Lelakiku
sempurnakan sakitku
yang terlanjur berujung
ke arah tanah dan usang cinta

indomie rebus

Hangatnya saja
sudah cukup
kalahkan dingin
hatimu padaku

Cemburu

betapa aku marah melihat siang yang menertawakan tubuhmu lewat
desah lagu, bulir keringat, dan rasa lelah dan kerap meluapkan
kerontang sepi pada ucapan dan senyuman ketika seorang pria
menghujanimu dengan tatapan berkomposisi sapaan dan harapan

betapa aku marah melihat tubuhmu yang menertawakan siang lewat
ucapan dan senyuman dan kerap meluapkan desah lagu pada
bulir keringat dan rasa lelah ketika arak-arakan mendung
yang membawa angin menuliskan rintik rintik puisi dan
mentakzimkanya menjadi gemuruh gairah

betapa aku marah melihat ucapan dan senyuman ketika gemuruh
gairah tak pernah menyerah mengkomposisikan desah lagu,
bulir keringat dan rasa lelah dari seorang pria yang menuliskan
puisi yang berkelanjutan merumuskan ayat cinta

Antara aku, blog dan kamu

Akhirnya setelah sekian lama menguatkan idealisme untuk terus bertahan dengan blog FS, malem kemaren keperjakaan saya dipecundangi oleh seorang teman baru dengan cara menyuruh membuat blog di blogspot.com. Dan parahnya, kok ya saya mau maunya nurutin nasehat tu anak ya?Iya ya...kok gampang banget nurutnya aku ya?ah, peduli amat lah, emang bener bener lagi ga peduli ama apa apa ne.

Setelah bikin blog dengan penuh kepercayaan diri, dan ketiduran di warnet ampe subuh , aku balik ke kontrakan temen, tidur ntar, ga nyampe setengah jam dah dibangunin, diajak ke Malioboro, nonton orang orang olahraga..wakakakka....parno parno..Dan emang masyaallah.......seksi seksi dan cantik cantik....wakakakakakka......tapi karena g ada satupun cewek yang naksir aku, ya akhirnya ku maksa buat balik, mandi ntar, dan langsung balik lagi ke warnet, buat apa?ya buat nglanjutin peristiwa bersejarah; melahirkan sebuah blog di blogspot.com. Dan selama 5 jam hasilnya masih belum memuaskan, tapi daripada g msturbasi, ya akhirnya.....inilah hasilnya.

Abis itu, balik lagi ke kontrakan, buat tidur, maklum, hari ini bener bener libur tanpa panggilan tugas, jadi bebas!!Setelah tidur, mandi, tidak lupa membersihkan sprei dan makan pagi, tancap lagi ke alun alun utara. Tau kan ada apa sekarang di sana?Yup!SEKATEN. Acara tahunan dalam rangka buat nyambut maulid nabi. Tau sendiri kan gimana ramenya sebuah acara rakyat di hari libur, ffyyuuhhh............ruame pol!!Untung dateng sore, kalo dateng malem, bisa lebih rame lagi, liat sana liat sini, ga nemu yang bagus, cuma 15 menit, akhirnya g kuat, ndilalah kok ya balik lagi ke Malioboro, alah..bosen!balik ke kontrakan!Turu neh......tapi yo tetep ga oleh turu, soalna temen temen mau ke godean, diusirlah aku. Dan kesel, mau ikut ke sana kok males, akhirna jalan jalan deh liat cewek cewek cantik. Heran, cewe cewe cantik kok makin banyak ya.......ikss........lari deh ke warnet.

Di warnet, OPna si embak yang cantik itu, tapi agak kaku se dibandingain yang namana Risma.wakakakakakkaka......kok malah gosip......wes ah....

Permasalahan pertama

Setelah 5 jam mengutak atik isinya blog ini, masih ada beberapa hal yang bikin saya blum puas. Mumet cok!!!Mbak Ghe...seharusnya kau bertanggung jawab!Tapi kenapa ilang gitu aja!!Iki piye yo carane???mumet aku!!!!!!

Selingkuh

membuat kita kembali
menggigil oleh dingin emosi
dan basah hujan air mata

Padahal aku sudah membuat ruangan cinta
khusus untukmu di rumah pikiranku.

Fuck bitch!

Iya, aku tau kamu cantik dan kamu punya apa yang bikin aku suka!Iya aku seneng ama pintermu, kamu g asal aja maen perasaan!aku suka!Aku juga suka caramu ngasi nasehat ke aku, tapi neng, mbok ya jangan overall gitu lho, umum banget, langsung masuk ke detail napa se?aku pusing mesti mikirin diriku yang makin g aku ngertiin ini!pliss....aku orangnya urakan?Iya. Aku orangnya cuek?Iya. Tau kan!!Kamu cantik, pinter dan mungkin satu satuna cewe yang mau nasehatin aku, kamu tau kan gimana gampangnya aku naksir cewek macem kamu!
Yo wes lah, kamu juga paling nganggep aku cuma temen. Yup, aku emang asek jadi temen aja!
Udah pengen nangis ne neng!!!!


Pikiran yang pengen saya keluarin ke seorang temen. Sayangnya aku pengecut, ga berani ngomong langsung.....wakakakakakka...kapan dapet pacar kalo gini ceritanya!!!!
Halah..embuh...pagi pagi dengerin album barunya Bondan Prakoso feat Fade2Black, dilangkapi dengan wisata ke rumah maya Ghe Desafti. Aih, dunia udah ancrit!!!!!

Nadir malam

Aku menandai rembulan
di malam riuh rindu
pada detak jantung
dan detik waktumu

Luapan cerita
menetes dari sinarnya

Terbaring di malam
sambil menyanyi romansa
dari nada handphone
yang tak juga kau angkat

Ornamen-ornamen debar
berinstalasi jadi ragu

Berdebat dengan suara
angin bisu. Serupa doa
yang makin lunglai
menanti satu jam lebih

Menit makin bersenyawa
dengan rahasia entah

Lirih air mata mengguyur
gemintang. Dan narasi sabar
makin memar diremuk rasa
yang tak juga kau tumpu

Dzikir sunyi berkelanjutan
menenangkan emosi pekat

Requiem pergi

Satu.

Tiba saatnya engkau pergi. Mendulang cerita
persoalan tak berkeseduhan. Berisik erangan
melambai menanti dzikir rumusan.


Dua.

Tiba saatnya engkau pergi. Menelan jalan
Menjumpa lautan. Mendebat duka. Momen kematian
sepanjang romansa dan sepi ibadah atas nama kepatutan.


Tiga

Tiba saatnya engkau pergi. Penuh sendiri
di ampas kopi, lagu melati, dunia utopi. Tak ada empati
untuk tubuh bermandi idealis dan egois.