Thursday, September 23, 2010

Perburuan

: E.B.S

Di atas karpet bacin, lautan sajak, serta malam pembiusan
Udara di tengah kita semacam benang-benang kusut
Antara mampu-tak mampu, percakapan adalah belantara
Labirin yang menyesatkan angin tubuhmu

Di antara makna-makna, mimpi dan nafas-nafas kejadian
Bumi yang pupus ada di pikiran, sedang tubuh adalah rapalan doa-doa
Maka, tak ada simpati untuk segala yang jumpalitan di perasaanmu

Di tiap gerak alam, gerak manusia, serta gerak gedung-gedung
Usia cuma detik-detik lamat yang mempercepat gerakmu
Di sejarah kami. Hari-hari luluh di keringatmu yang kekal
Tak ada yang pergi, tak ada yang datang; cinta adalah kesendirian

Di antara perempuan, uang, dan loncatan logika kesepian
Dinding-dinding tak pernah lebih liat dari otot. Sebab itu ia kalah
Membatasi rindu dan isi dada yang membuncah di pantai dan kota-kota

Di dalam ampas kopi, kecut keringat serta sisa-sisa ingatan
Kau akan hilang di bumi yang pupus oleh rahasia. Tubuhmu
Melupakan kata-kata. Rumahmu menderu, meminta rindu
Ke darah asalmu yang lembut menaikkan bulu kuduk

Saturday, September 18, 2010

Penghabisan

Bulan redup di dadamu.
Lampu kota ikut sunyi. Udara temaram.
Asap rokok, lalu sejumlah alkohol.
Sisa hujan membawamu masuk malioboro.

Malioboro membuatmu kental.
Sisa hujan di senyummu menggumpal.
Membentuk danau-danau, melayarkan waktu.
Malam berubah jadi biru. Kau jadi udara di paru-paru.

Monday, September 13, 2010

Di Magelang kita membuat telur dadar dengan HPmu yang lupa memandikan diriku

Di Magelang kita lupa ingin mendapat apa. Semalam seluruh kolam renang sudah habis terkuras, sedang di Magelang tidak ada laut atau danau yang cukup untuk mendinginkan mobil-mobil milikmu. Kita cuma makan sendiri-sendiri, berenang sendiri-sendiri, senyum sendiri-sendiri. Pagi hari Magelang tak lebih dari lagu dangdut pantura yang membikin lelaki patah hati dan horny sekaligus. Hanya padamu, hatiku sudah terlanjur diberikan. Padahal di Yogya dan Jakarta masih ada buah zakar yang unjuk rasa dan pamer kekuasaan. Di Yogya juga ada puluhan gadis dan banci yang berjalan-jalan di muka rumahmu.

Lalu tak pernah ada penyelesaian, kita cuma menggoreng telur dadar terus menerus. Diberi kuah ludah Pinkan Mambo. Dengan buah semangka yang masih mekel dan mentimun sisa lebaran kemarin.

Cinta di Magelang sama seperti handphone yang bolak-balik membikin kesal. Di Yogya juga pernah ada cinta macam itu, tapi cinta itu sekarang pindah ke Laut Cina Selatan. Di Laut Cina Selatan, Presiden kita berhubungan badan dengan Ratu Elizabeth sambil menenteng mahkota kerajaan majapahit yang kau sembunyikan di bukit Magelang. Siapa yang main-main dengan rahasiamu?tak pernah ada yang berani kecuali semangkuk bakso yang membikin gairahmu lari ke Jakarta. Mungkin memang di Jakarta cinta bisa bertahan. Cinta bukan buah melon di tengah jalan. Buah melon di tangan tukang jus membuat lupa siapa yang membikin kopi di pasar nanti sore. Kita tak mungkin jadi bendera merah putih, atau pengganti lambang Pancasila.

Kopi di pasar menutup rahasia. Aku ingin minum kopi di pasar, siapa tahu rahasiamu tetap hidup di teh tong tji.

Mantra-mantara dibaca. Buah anggur, rib steak dan sepasang gelas buat wine. Oi rindu yang lupa di mana arah-arah ke kota Magelang, siapa yang tadi malam membawa catatan-catatan ini. Mantra-mantra dibaca. Di utara kita lupa jika ada hutan, di utara kita lupa jika ada cinta Neruda. Lalu kau dimiliki siapa?Tak ada yang mau membawamu ke rumah tetangga. Kue lebaran di rumah sudah habis dan tak ada yang tahu kau dimiliki siapa kan?!Maka jangan lari dari dapur, rasakan teflon baru, kita terus-terusan memasak telur dadar.

Nanti kau tahu kopiku yang dari Mekkah akan singgah di Magelang, membawakanmu air zamzam. Kau akan gila selama semenit, lalu kau akan menyisiri rambutmu dengan sisir milik ibumu yang cerewet itu.