Friday, January 22, 2010

Di ujung mata

Duhai kau pemilik segala kekerasan rindu
Segala kenikmatan air mata
Segala keangkuhan pernyataan
Segala keterlambatan hujan datang
Di bulan januari, tepat saat kau muntah
Oleh pembunuhan nama-nama cinta

Tetapkan dirimu pada suara-suara di sana
Mereka adalah malaikat yang kadang siap
Membohongimu dengan mantel hujan
Dan permainan bahtera. Cinta
Tak menampakkan aku di cahaya lampu
Bahkan di fajar depan jendela nanti
Kau akan membatin selimut apa
Yang hangatkanmu;
Selimut itu gugup, ia tak tahu sesiapa
Ia tak tahu tubuh mana tempatnya
Mewartakan hening mimpi

Duhai, kau pemilik segala bayangan kematian
Kembalilah pada tidurmu yang dulu
Yang membuntuti aku dengan jejak
Buatlah aku jadi bisu, tak berpuisi, tak merupa
Bisik-bisik di belakang. Begitu ricuh
Perasaanku menyeret luka-luka
Di rambut-rambut perempuan:
Ibuku, nenekku, tanteku

Takkah kau tahu rinduku
Sedang menghanyutkan aku
Di gerbong kereta dan landai kotamu
Dari mana kau akan mendatangiku
Dari mana kau akan mengirimiku
Pertanda jika kau telah membuat malam
Siap menerimaku

Dan hujan yang terlambat akan tahu
Perih mana yang ia sayat
Dan yang ia tutup
Oleh pekat comberan dan gigil udara

R.S Harapan kita

akhirnya aku dapat
yang kau dapat
di hatimu, di harimu
aku jual jantungku

pada siapa
kau beri jantungmu
sebab aku
ingin lahir darinya

Friday, January 15, 2010

Pada pemberontak

saya rindu anda, hanya saja entah kenapa anda membenci saya. tidakkah kita memang diciptakan berlawanan, tidakkah kita hanya bagian-bagian yang terbentuk dari sejuta banyak perasaan atas manusia, atas diri kita, atas berbagai sentimentil yang dunia ciptakan pada kita. saya memang malas dan individualis dalam hal-hal yang saya anggap tidak memiliki pengaruh besar bagi diri saya.

Tuesday, January 12, 2010

Malam

kita bisa sembunyi
dari puisi
dan pulang
membawa
buah tangan