Sunday, January 15, 2012

Di musim kenangan

I/
Pergilah
Mencari jalan keluar
Atau luka yang basah

Di tiap kubangan
Yang sempurna, kau akan tahu
Siapa yang riuh. Bersamamu
Dan bersama cuaca buruk itu

Di tiap bayangan dan jawaban
Aku rasa aku akan tahu
Dari mana datangnya kekalahan
Dan sejarah kemenangan

II/
Kuatlah
Sesekali, percayakan nasib
Pada cinta dan kehendak spontan
Sebab di sana, kalimatmu
Takkan jadi apa-apa. Luka tak datang
Dan rindu tak bikin kita berjarak

Tundalah mimpi-mimpi yang patah
Aku sengaja, dengan tenang
Memilih kesakitan sebagai cara
Mengurai cinta yang gagal lahir

III/
Saat orang-orang sibuk jadi jendela
Saat itu, baiknya kita mengenang segala
Dengan kenyataan. Kau hujan
Aku sungai. Di sekeliling kita hutan
Dan tujuan kita adalah perjalanan

Sepanjang kesunyian itu
Kau akan mendongengkan aku
Percakapan dua orang kalah
Yang diam-diam membuntutimu
Dengan air mata dan kepercayaan
Yang melulu jadi pertanyaan

IV/
Seandainya kau tak bergetar
Pada kecemasanku. Hidupkanlah
Perasaan dan kenangan-kenangan
Di wajah-wajah gelandangan penghuni taman

Di taman itu aku bernyanyi
Soal sudut-sudut diam yang dihuni
Kecemasan dan kebodohan negara
Yang selalu salah saat mengganti
Lampu phillips dengan lampu petromaks
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Friday, January 13, 2012

Ode untuk 2012

Pada awalnya, saya tidak terlalu memikirkan tahun ini. Saya dipusingkan banyak hal, terutama tentang perginya zarathustra yg entah ke mana. Saya tidak terlalu pusing sampai saya memegang buku mengenai Soe Hok Gie. Soe, cina nasionalis itu, meninggal di umur 27.

Saya lalu ingat diri saya. Tahun ini, 5 bulan lagi, saya berumur 27. Jujur, saya ingin meninggal saat umur 27. Karena saya merasa sudah tidak berguna buat siapa-siapa. Andaikan saya tidak mati, makin kacaulah diri saya ke depan-depanya.

Chairil, hendrix, cobain, morrison mati di umur 27. Siapa yang tidak tertarik dengan legenda 27 itu: mati di saat manusia ada di puncak keseimbangan idealisme dan pragmatisme. Sebab setelah 27, hidup hanya dipenuhi pragmatisme, untuk itu saya tertarik mati di umur 27.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Thursday, January 5, 2012

Kepada televisi

Dewi gita, di malam kami yg tidak pernah lugas, kamulah makanan ruhani kami dari kekosongan: burjo yg lupa mana yogya mana kuningan, susu dancow yg memilih tidak bertindak apa-apa, dan pisang aroma yg diamdiam membunuh kami dengan vanila.

Dewi gita, di malam kami yg hilang dalam keadaan ini, kamulah pembakar cita-cita cinta kami: sepasang gay yg dipenuhi senyum mesra, keluarga kecil yg memilih menu makan malam, juga gadis-gadis cantik yg bahagia terlihat haus perhatian.

Dewi gita, di kesepian yg tak memilih pergi, apakah ada rindu yg semanis lagumu: bahagia di tv selalu terlihat tulus, tak ada kesedihan, atau kami tak pernah bisa memilah mana yg diatur mana yg tidak.

Dewi gita, siapakah kami saat kami memuja berbagai rindu ini: kau menyanyi tak henti, aku minum susu, tak ada yg tahu siapa yg lupa pada puisi.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Wednesday, January 4, 2012

Kepada pemahaman

Pada akhirnya
Sajak tak lebih baik
Dari apa-apa
Bahkan darimu
Yang memilih pergi
Ke sajak