Thursday, January 5, 2012

Kepada televisi

Dewi gita, di malam kami yg tidak pernah lugas, kamulah makanan ruhani kami dari kekosongan: burjo yg lupa mana yogya mana kuningan, susu dancow yg memilih tidak bertindak apa-apa, dan pisang aroma yg diamdiam membunuh kami dengan vanila.

Dewi gita, di malam kami yg hilang dalam keadaan ini, kamulah pembakar cita-cita cinta kami: sepasang gay yg dipenuhi senyum mesra, keluarga kecil yg memilih menu makan malam, juga gadis-gadis cantik yg bahagia terlihat haus perhatian.

Dewi gita, di kesepian yg tak memilih pergi, apakah ada rindu yg semanis lagumu: bahagia di tv selalu terlihat tulus, tak ada kesedihan, atau kami tak pernah bisa memilah mana yg diatur mana yg tidak.

Dewi gita, siapakah kami saat kami memuja berbagai rindu ini: kau menyanyi tak henti, aku minum susu, tak ada yg tahu siapa yg lupa pada puisi.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

No comments:

Post a Comment