Monday, September 29, 2014

Pentas teater MLM: Jalan emas (the game) Teater Garasi

Saya suka bulan september ini. Bulan ini, 3 kali saya nonton pertunjukkan teater dengan jumlah penonton yang dibatasi. Buat saya ini penting, karena nonton pertunjukkan teater bagi saya adalah nonton akting. Dan teater adalah permainan akting yang berlangsung di depan mata dan tidak semua pertunjukkan teater mempunyai kemampuan memasang layar di wilayah penonton bagian belakang. Dengan jumlah penonton yang sedikit, gangguan penonton yang tidak fokus menonton jadi teratasi.

Dadi ngene, semalam saya abis nonton pertunjukkan teater garasi. Yes, teater garasi. Teater garasi yang otak orang orangnya pada mencengangkan itu.
Judul pentasnya: JALAN EMAS (the game)
Link resmi penjelasan pentas dari pihak garasi:Link publikasi resmi jalan emas (the game)
Dibaca dulu yes linknya garasi itu yes. Oke sip?!

Jadi gini, ni pentas sebenernya mengejutkan sedari awal ya. Dari publikasinya ni ya. Sedari awal udah dipastiin ama garasi, kalo penontonya mentok berjumlah 48. Lalu, garasi dengan terang benderang mempublikasikan pentas ini via internet. Sama sekali ga ada publikasi dalam bentuk publikasi konvensional. Ini setahu saya si ya. Ga tau juga kalo mereka emang nyetak publikasi konvensional tapi dalam jumlah sedikit. Ok fix, kesan pertama dari pilihan publikasi via internet ini terasa seperti misi garasi untuk menjaring penonton. Lalu dimulailah pendaftaran penonton. Saya pun mendaftar ke garasi. Dari garasi saya dikasi email balasan yang mengejutkan. Kejutan ini adalah kejutan yang menyenangkan. Kejutan yang ngasi kita daya tarik dan rasa penasaran. Ni capture email dari garasi buat saya ni

Point 1 yang menarik. Barang yang mau dibawa berupa apa ni? Dia harus berharga buat kita tapi kita mesti ikhlas nglepasinya begitu aja buat nonton ni pentas. Shit hell, itu yang saya katakan dalam hati saya pas pertama baca syarat ini. Point no 6 juga ga kalah ngejutinya tuh. Apalah itu maksudnya?! Emang semengejutkan apa si pentasnya kok garasi sepede itu membuat warning buat orang. Makin penasaranlah saya ini dengan pentasnya. Menarik sekali ini cara garasi menggaet penonton. Suka saya!

Tibalah pada hari pementasan yang mengagumkan itu. Saya nukerin celana hipster saya yang sungguh berharga itu (tapi mengalami permasalahan ukuran lingkar pinggang dengan saya yang sekarang) dengan sejumlah uang jalan emas. Satu-satunya nominal mata uang jalan emas ini sebesar 2000 per lembarnya. Saya dapat beberapa lembar. Setelah dari sesi penukaran uang itu, tahap selanjutnya ke sesi memakai jubah. Saya disambut dua mbak mbak manis berjilbab yang memberi saya jubah. Saat memberikan jubah, mbaknya berkata dengan gaya robotik (baca: berbicara dengan nada dan intonasi yang dibuat-buat untuk mengesankan keramah-tamahan. Persis seperti di resto-resto, minimarket-minimarket, cafe-cafe atau hotel-hotel wagu yang ingin mengesankan diri sebagai tempat yang ramah. Kayak pas pertama kita masuk ke indomaret/alfamart/circleK contohnya. Kita pasti disambut dengan ucapan robotik). Saya lupa apa persisnya kalimat yang diucapkan mbaknya, tapi kurang lebihnya kalimatnya adalah kalimat ucapan optimisme berbahagia ala downline-downline MLM itulah. Saya diminta (mungkin lebih tepatnya, disuruh dengan halus) memakai jubah bertudung dengan corak biru biru dengan bau pewangi laundry yang masih harum. Dan disuruh memakai penyamar bentuk mata, yang kayak di film zorro itu. Maaf, saya g tau apa istilah penyamar bentuk mata ini. Semua penonton yang hadir disuruh memakai itu. Jadi kita seragam ni. Setelah itu kita diarahkan ke meja wine. Yup, wine. Wine tradisional indonesia tapi. Fermentasi singkong tepatnya. Wine ini ditaruh di gelas sloki dengan volume wine yang kurang lebih setengah gelas. Jadi g sampe segelas full winenya. Tapi kami, penonton itu, dibebaskan ngambil berapa aja. Lalu kami disuruh menunggu sampai beberapa saat. Satu lagi yang penting, sesi daftar ulang-menukar uang-diberi jubah-minum wine-menunggu ada di satu ruangan. Ruangan yang kurang lebihnya berukuran 8 kali 5 meter kali ya. Di tengah ruangan itu ada satu instalasi pohon. Dalam radius 1 meter dari instalasi itu dibuatlah partisi imajinatif berbentuk kotak dari entah apa yang berwarna kuning. Lebih jelasnya, saya bikinin petanya yes
Keterangan peta:
1. Pintu masuk
2. Meja besar untuk alur pendaftaran ulang-tukar uang-pemberian jubah
3. Meja wine
4. Instalasi pohon yang diberi partisi imajinatif
5. Kotak kaca yang berisi barang barang keramat yang dipamerkan
6. Kain berwarna merah yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah bentuk yang saya persepsikan seperti tiang-tiang partisi antrian yang kayak di bank.
7. Pintu ke arena pementasan. Saya mengartikanya sebagai pintu perubahan finasial diri.

Ok, saya cukup tercengang dengan ruangan ini. Kami nunggu beberapa menit, sampai datanglah mas-mas MC yang berambut gondrong kota dengan jubah jas ala mas johny deep di alice in wonderland. Ga peris sama si, tapi pas liat jubah mas MC saya jadi inget jubah johny deep di film itu. Masnya ngasi prolog bahwa pentas ini berhubungan dengan bisnis harapan. Dan kita, penonton, dianggap sebagai anonim dalam pementasan itu. Anonim yang seragam. Yop, pentas dimulai.

Setelah nglewatin pintu, kita disuruh duduk ni. 48 orang berjubah sama dengan penyamar mata yang sama duduk di sebuah arena yang tepat di bawahnya (kita ada di lantai 2 bangunan SaRang) disajikan lanskap mistis (ada sebuah instalasi di tengah lanskap dan seseorang berjubah di salah satu ujung lanskap). Dari nglewatin pintu sampai mengatur duduk dan dimulainya pentas pertama (yang berupa tarian) kita dikasi latar suara yang berupa suara burung gagak. Di ujung sebrang pintu pembebasan diri disajikan prisma kaca yang menampilkan bagian kepala mas qoqom dengan gaya futustik sekaligus mistis, sehingga memberi kesan sedang menanamkan mitos ke penonton (mas qoqom menjadi tokoh sentral penyaji di pementasan ini). Setelah penonton tenang, kita disajikan tarian yang cukup liar oleh mbak mbak ga tau siapa. Tarianya sangat asik. Apalagi diiringi dengan musik daerah mana (terasa seperti musik daerah padang si, karena beberapa kali terdengar seperti suara saluang. Tapi kalo saluang kok kurang menyayat. Pokoknya, suara utamanya keluar dari alat musik tiup berbahan bambu. Itu yg ada di pikiran saya. Apalagi dengan vokalnya yang berintonasi dan berbahasa yang tidak saya kenal, jadinya seperti mendengar mantra) Suasananya bener bener berasa kita sedang disajikan pemandangan kegiatan animisme dinamisme Indonesia. Setelah tarian selesai, setelah penari keluar dari lanskap mistis itu, dari gerombolan anonim (penonton) yang duduk imut sambil berdecak unyu itu, beraksilah seorang penonton yang berteriak-teriak. Semacam kesurupan. Beberapa panitia yang menjadi pemandu kita mulai ribut ni, mengatur agar si penonton kesurupan ini dipindahkan dari gerombolan anonim ni. Digotonglah si satu penonton ini. Ga sampe satu menit dari aksi penggotongan ini, salah satu pemandu mengajak kita masuk ke arena pementasan utama. Saat itu, keterkejutan kita belum ilang ni dengan adanya penonton kesurupan ini. Jadi, kita sedikit serem ini ni, bakalan gimana ni ke depanya.

Setelah kita di arena pementasan utama,yang ada di halaman SaRang, tensi kita diturunin ama garasi. Karena kita ternyata diajak makan makan. Tepatnya: di arena utama disajikan dua meja yang saling bersebrangan. Di masing masing meja disajikan berbagai makanan yang dapat dibeli dengan uang jalan emas. Setiap makanan dihargai 2000 mata uang jalan emas. Saat itu, saya tidak tertarik membeli makanan di dua meja itu. Setelah 15menitan (saya ga tau tepatnya, cuma perkiraan aja) kami diminta duduk bersama untuk melajutkan tontonan. Dan tontonan dimulai: 3 orang keluar dengan kostum animisme dinamisme ala eropa. Lalu mereka menyanyi-nyanyi entah apa tapi menghibur. Setelah itu kita diberitahu untuk memasuki tahapan berikutnya dari pertunjukkan ini. Tapi dengan syarat kita mesti membeli makanan. Untuk mendapatkan gelang yang akan menggolongkan kita ke kelompok mana. Pembagian kelompok ini digunakan untuk menentukan kita akan berada di arena pementasan yang mana. Arena pementasan ini ada di samping kanan dan kiri arena pementasan utama. Saya pun mau tidak mau harus ikut memasukkan diri saya ke kategori mana, harus membeli makanan, yang artinya harus mengeluarkan uang 2000. Saya kebagian gelang warna merah. Dan saya masuk ke arena pertunjukkan kategori gelang merah.

Di arena pertunjukkan kategori gelang merah ini, kami, penonton (anonim), ternyata diajak bermain keberuntungan. Di sana ada 4 jenis permainan. Permainan tebak dadu, permainan rolet, permainan tarik tali, dan yang terakhir permainan bank ghoib. Saya tidak akan menceritakan satu per satu jenis permainan ini. Ribet jelasinya. Tapi yang jelas, jika anda benar orang indonesia kelas marjinal dan sering ke pasar rakyat, anda pasti akrab dengan jenis permainan-permainan ini. Ada sekitar 30 menit kami berada di arena permainan ini. Lalu setelah itu, kami diajak kembali ke arena pementasan utama. Saya tidak bisa nyeritain jenis permainan apa yang ada di arena pertunjukkan kategori gelang biru. Tapi saya pikir, secara konsep, kurang lebihnya sama: bermain harapan dan resiko finasial uang jalan emas.

Setelah semua penonton terkumpul di arena pementasan utama, kami disajikan pementasan. Secara ide, bagian pementasan ini sangat menarik. Sangat menarik bahkan. Kita diajak memainkan simulasi seminar bisnis keuangan/motivasi atau berbagai seminar yang berkonsep, dalam bahasa garasi, bisnis harapan. Kostum yang dikenakan aktor-aktornya juga menarik. Pembicara utama yang menamakan dirinya siapa gitu (dimainin ama mas qoqom) memakai setelan jas kiclong warna silver ala bong candra. Mas mas asisten mas qoqom yang berkostum apa adanya yang ngasi kesan cupu, bego, bermimpi akan menjadi the next succesfull motivaor dan ternyata selalu ada di bawah bayang bayang sang motivator. Mbak mbak penari yg berkostum gaun eropa, mbak mbak penyanyi yang berkostum hipster pencinta lingkungan masa kini, mas mas peniup terompet yang berkostum kejawen, dan mas mas DJ yang berkostum casual trendy masa kini. Bener bener ngasi kesan bahwa ide yang asik buat ditampilin. Lalu omongan omongan yang diomongkan ama mas qoqom sebenarnya juga asik. Dia bermain guyonan satir, black comedy kali bahasa kerenya. Tapi sayang kurang total karena mas qoqom ga nyampurin secara halus komedi hitam dengan komedi biasa yang dia bawa. Jadi saya agak menyaring nyaring. Tapi kalo komedi ini dipisah-pisah, komedinya sangat lucu. Penuh dengan parodi dan sindiran. Di antara omongan omongan mas qoqom, disajikan nyanyian nyanyian yang juga asik. Dan permainan berbau ghoib. Asyik.

Tapi yang bikin nyesek dari pementasan ini adalah endingnya. Sama sekali ga ada petunjuk dari pertunjukkan itu yang mengatakan bahwa pertunjukkan akan ending. Tapi g njeglek njeglek amat. Tapi sedari pintu masuk lalu pintu perubahan lalu lanskap mistis lalu nyanyi nyanyi lalu bermain di arena permainan lalu pertunjukkan mas qoqom, naiknya tensi saya ini halus banget, sangat nikmat. Tapi begitu ending, rasanya itu kayak gebet cewek dan ceweknya menunjukkan diri senang digebet tapi begitu ditembak, eh ceweknya nolak jadi pacar kita, dan maunya cuma temenan.

Saya suka sekali dengan ide dan eksekusi garasi di pentas jalan emas (the game) ini. Sedari awal publikasi sampai pertunjukkan ini berakhir ide besar yang dieksekusi ama garasi ini mendekati sempurna. Penonton, yang kemudian dijadikan sebagai anonim, yang bagi saya adalah penggambaran gimana masyarakat kita menghadapai lembaga-lembaga bisnis yang bermain di wilayah mimpi dan harapan benar benar disimulasikan sebagai peserta MLM sedari awal publikasi. Gimana penonton dikumpulkan di satu ruang tunggu dengan segala rasa penasaran dan harapannya ternyata bisa jadi kambing congek begitu saja begitu menghadapai MC bener bener melambangkan gimana kita ada di seminar motivasi/MLM; penuh optimisme akan tajir dalam jangka waktu singkat. Lalu gimana penonton mesti dipaksa secara halus memilih makan di sisi meja mana tapi harus membayar sejumlah uang untuk bisa ke naik level berikutnya benar benar persis seperti konsep MLM; kita disugestikan memiliki kebebasan. Padahal kita sebenarnya berada dalam bingkai ketidakbebasan yang diatur dan dipaksakan secara halus untuk kita terima.

Lalu gimana kita mesti bermain dengan permainan-permainan yang penuh resiko dan harapan. Permainan penuh judi. Permainan yang sehari-hari kita lewati, kita lalui, kita lakukan untuk mencapai kemapanan finasial yang kita harap-harapkan. Dengan segala resiko yang kadang membuat kita kehilangan kemanusiaan kita. (btw, soal menghilangkan sifat kemanusiaan kita demi mencapai kemapanan finasial juga dimainkan di permainan di arena gelang lho)

Lalu simulasi seminar MLM yang sungguh membuat bahagia untuk ngetawain begonya kita yang pernah ikut seminar MLM, yang pernah berharap jika kaya bisa dicapai dalam jangka waktu singkat. Eksekusinya mendekati sempurna. Senang sekali bisa nonton pentasnya garasi yang ini.

Semoga, jalan emas (the game) bisa dipentaskan lagi beberapa bulan ke depan. Dengan eksekusi yang lebih halus dan sempurna.