Kabut yang lembab
Sejak malam-malam
Tak memacu air mata
Adalah bahasa ibu
Pada pintu kos tua
Ketika ia membahas
Jagad raya pertaruhan
Tuhan menyabdakan ungkapan-ungkapan urban
Jendela kamar kami melihat riwayat lampu-lampu senyap
Di bayang-bayang
Setiap kesimpulan kota
Kami tetap tak paham
Akan cemas kami
Kiasan-kiasan mendekap
Korban kami, kami korban
Kelahiran sejarah yang tak tetap
No comments:
Post a Comment