Sunday, December 6, 2009

Sebuah perempuan

Ini sudah pagi perempuan, sudah saatnya kita bangun subuh, membuka kandang ayam yang penghuninya sudah ingin pamerkan kejantanan. Bagaimana tidur sang kucing, atau mungkin dia sedang menikmati hasil berburu tikus semalaman tadi. Burung perkutut ingin aku pulangkan ke kakek nanti siang, aku bosan memeliharanya, tak bisa dapat kesenangan darinya. Bangunlah perempuan, kau ingin secangkir coklat atau teh hangat?Bangunlah perempuan, pergilah ke gereja, baktikan air matamu di sana.

Ayo perempuan, aku keluarkan sepedamu ya?pergilah kau mandi, jangan bermalas-malasan seperti itu. Sudah saatnya kita bercerita pada jalanan dan salib tentang air mata Yesus yang tumpah di derita kaum manusia. Baiklah, kubuatkan saja coklat hangat dan kudidihkan air untuk kau mandi. Aku ingin kau terlihat segar pagi-pagi ini. Agar Yesus makin tumpah ruah di jalanan, disebut-sebut penuh hikmat. Ayolah perempuan, kaulah sang pioner Yesus, kaulah bentuk kasih Maria, kaulah tragedi yang menggemparkan dunia, ayolah perempuan, jangan kau bermanja-manja denganku.

Duhai Yesus, bangunlah di semua jiwa perempuan ini.

Perempuan, ayo, sibakkan selimut, berbaktilah pada kaum-kaum yatim, dan berilah makna di segenggam nasi suapan para penderita dunia. Engkau Theressa perempuanku, ayolah, inilah saat kau harus bercinta kembali dengan kaum papa. Aihh...kekasih Tuhan. Duhai Bapa, ayo Bapa, bangunkan perempuan ini, biar dia kembali bercinta dengamu, penuh seluruh, seperti selama ini, ayo Bapa, bantu aku. Perempuan, air sudah mendidih, saatnya mandi, aku siapkan roti ya?agar perutmu terisi, agar cintamu tak kehabisan di tengah jalan. Ayo perempuan, bangun dan segerlah mandi. Untuk berdarma bhakti.


"Kekasih, aku ingin masuk Islam" desismu setelah minum coklat. Lalu membuka celanaku dan berkomat-kamit atasnya.

No comments:

Post a Comment