Saturday, March 5, 2011

Mimpi sebelum tidur

:Z.N

Rasa itu hilang. Tak ada variasi di pikiranku saat gadis yang kupuja-kupuja mengirimiku SMS. Aku tak menggambar mercusuar atau bulan bintang yang bisa kujadikan pelayaran harapanku padanya. Aku pun tak membentuk karang atau tembok besar yang akan kujadikan tempatku mencelakakan perahuku. Rasa-rasaku yang dulu ternyata menjadi selembar undangan untuk pikiranku. Aku di bawah langit-langit kamar kosku tenggelam dalam kepastian akan kemanusiaanku. Aku jadi aku, gadis itu jadi lautan, kemanusiaanku jadi perahu tanpa dayung. Aku menggoda diriku sendiri oleng kanan kiri di balik alasana kemanusiaan. Aih, rindu yang tak kunjung menepi adalah ketololan, tepat seperti yang dinyanyikan biduan-biduan sepanjang lounge-lounge pusat kota.

Yang menjadi elegi adalah aku membalas SMS itu dengan SMS yang sangat normatif. Seperti membaca puisi para penyair narsis, aku ingin mencekik diriku. Aku ingin mengajak diriku bertobat. Aku ingin cucu-cucu Chairil cukup sampai di batas bohemian dan perlente. Maka, jadilah normatifku sebagai bualan paling tidak pintar yang terus menerus kulakukan pada gadis itu. Dan bodohnya, gadis itu masih saja menanggapinya. Aku kadang berharap kami berdua langsung berhadapan, bertukar sesaji, lalu saling menghirup sesaji. Kenangan-kenangan akan kesabaran akan masuk ke otak dan perjalanan ke depan. Aku tak merasa runtuh dalam hutan-hutan waktu, aku hanya ingin segala hal yang telah runtuh tidak sekedar jadi semangat, tapi jadi gairah rasa pada surga-neraka.

Oh Gusti yang memiliki segala rayuan paling ampuh di dunia, tunjukkan aku cara melukis lautan dan samudra. Oh Gusti yang memiliki segala perempuan di dunia, siapakah di antara kami yang akan pasrah di rahim gadis pujaanku itu. Oh, Gusti yang meluaskan luka-luka dan ingatan-ingatan, cahaya-cahaya masa depan cahaya-cahaya mutiara kata adalah sunyiMu yang tak genap-genap mekarnya. Oh Gusti, maukah Kau menghilangkanku dalam ceruk muara remuk redam bahasa.

Unggun hatiku tak akan mati, api bahasaku tak akan gentar. Belantara air samudra tak akan cukup menghabisi api unggun milikku. Sepanjang penantian aku akan menyebar camar-camar dan senja di ufuk-ufuk paling jauh. Agar samudra menerimaku dengan nasib-nasib indah seorang pelayar jauh. Jika kemudian mitos mengatakan rindu akan dibalas dengan kebaikan yang sama, aku tak bisa menyalahkan warisan Jawaku. Jika kemudian gadis pujaanku membalas SMSku dengan kebaikan yang lebih besar dan kubalas lagi dengan kalimat normatif, aku sungguh senang mengatakan jika Jawa dipenuhi ketololan feodal. Dahaga siapa sedang kutanggung, dahaga siapa yang membuatku minum air samudra. Dahaga penyair, dahaga pujangga, dahaga politisi, oh dahaga-dahaga mahkluk sepi, kenapa kalian melewati perjalananku. Aku tak akan berkabar dengan siapa pun, aku tak akan berkabar dengan gosip-gosip murahan. Aku cuma ingin mencium bibir pantai senggigi miliknya, aku ingin masuk ke kampung Naga di hatinya, oh Gusti yang menyatukan segala basa-basi dunia, aku ingin merasakan brownies kukus yang ia tanak di oven pikiranya, aku ingin merasakan gado-gado betawi dari segar pengalamanya.

Sepanjang dadaku aku dipenuhi icon smiley Yahoo Massenger. Aku bertemu teriakan prajurit menang perang. Aku bertemu senyum malu istri-istri yang jatah uang bulananya dinaikkan. Aku tidak berjarak dengan dadaku. Gadis pujaanku datang dari barat, pelayaranku jauh ke menit-menit kegilaan. Tak ada pelabuhan bagi lelaki. Tapi aku tak mungkin membawa prajurit atau ibu-ibu. Aku harus hampa dalam kehilanganku pada gadis pujaanku. Ketika datang SMS ketiga dari gadis pujaanku, segala kamus pelayaranku hanyut ke samudra. Oi, aku sendirian di samudra besar ini. Aku dalam kenikmatan 100% sempurna. Tak ada waktu di sini, samudra adalah padang waktu kebebasan. Maka, aku tak perlu pelabuhan. Aku menceburkan diriku, berenang dengan lumba-lumba perasaan. Aku tak berpisah dengan siapapun. Aku menyatu dengan kedewasaan dunia. Aku tidak mengalami kefanaan. Aku dalam kenyataan jika dunia tidak segelisah manusianya. Aku melangkah ke masa depan yang penuh inovasi. Samudra adalah daratan baru tempat mahkluk hidup masa depan akan tinggal. Samudra adalah perkawinan sempurna antara rindu dan bahasa. Tidak akan ada pelabuhan lagi. Tidak akan ada lagi keraguan di dalam segala perasaan manusia.

Setelah dua belas menit aku mengalami orgasme rohani, kubalas SMS gadis pujaanku dengan gaya anak muda masa kini. Dengan gaya SM*SH yang penuh percaya diri. Setelah 30 menit aku menunggu, kali ini sama sekali tak ada SMS balasan yang menyirami bunga-bunga di pikiranku. Oh Gusti.

No comments:

Post a Comment