Monday, November 1, 2010

Di Summitmas

:R.A


Di sekumpulan orang Jepang yang gagap Bahasa Indonesia
Dan senyum-senyum resepsionis, loby gedung ini menelan ludahku
Menyisakan mulutku yang kering untuk mencecap kenangan
Aku keluar. Di beranda depan gedung, sebrang pos satpam, kau membayang
Air-air gerimis dan asinan mangga yang menyegarkan tenggorakan
Di Jakarta yang sempoyongan. Langit masih agak mendung, rindu masih kalut
Wajahmu yang serupa senja masih saja jauh. Aku baca bibirmu
Aku baca sekuat apa peristiwa dan getaran yang kau buat

Rindu padamu membuatku paham Jakarta. Di semua kehilangan
Takkan ada yang bisa menamatkan kenangan. Aku tuju parkiran gedung
Sepanjang basara, sepanjang gerombolan gadis-gadis metropolitan, sepanjang
Rindu padamu. Sepanjang rok spanmu, sepanjang rambut hitammu, dan senyum manismu
Aku tuju warung kecil di ujung parkiran gedung. Aku paksa diriku jika kau betul-betul ada di sana

Di warung kecil itu, kupesan teh hangat seperti kurapal doa-doa khidmatku pada Tuhan
Aku coba duduk di bangku depan jendela, mungkin dalam sekejap Tuhan mengabulkan rinduku
Kau tak ada di sampingku. Tapi badanmu yang molek sayup-sayup kurasakan beitu utuh
Menawariku indomie goreng telur, menawariku nafas tembakau, dan cerita-cerita anakmu
Dan aku masih tak paham bagaimana kau bisa membayangiku dengan rindu yang ranum
Dengan rindu yang membuatku lupa jika kau sudah begitu jauh. Kusesap udaramu, kusesap
Segala salahku yang mengenangmu sebegitu kuatnya. Mukamu yang melebihi kehangatan
Yogya tetap membenarkanku untuk terus mencintaimu. Dalam segala kesakitan dan kesedihan kata-kata

Lalu tak ada yang bisa kucari di parkiran gedung itu. Kau tak datang, tak memberiku ciuman
Aku merasa busuk saat membayar teh hangat kesukaanmu itu. Tinggal sunyi yang ada di kepala
Siang berjalan, membawa panas dan melankolia kota. Aku berjalan, ke beranda depan gedung
Genangan-genangan sisa hujan pantulkan namamu. Rista, selalu kuingat kau sebagai hidup
Dalam kebenaran kisah cinta. Siang berjalan, rinduku tak berjalan. Hidupku menggumpal
Aku lari ke trotoar tepi jalan, keluar dari summit mas, di kenyataan kota aku ingin menguburmu
Wajahmu berubah jadi jembatan layang, senyummu berubah jadi tangga-tangganya, rambutmu berubah
Jadi atap-atapnya. Ciumanmu yang dulu-dulu jadi pohon-pohon kota yang melindungi nafas kenanganku
Aku ke gedung depan Summitmas. Di sana, sempat kutengok Summitmas, kulihat kau memakai seragam satpam
Mengatur perasaan-perasaan yang keluar masuk-gedung; kenangan yang panjang, rindu yang tak lelah.

No comments:

Post a Comment