Monday, February 1, 2010

Rumah di samping pasar loak

Kuharap kau tahu bagaimana membuat coklat hangat
Sebab kesepianku hanya ada di sana
Sebab pada akhirnya di senja nanti kau akan hilang
Dengan bulan yang tak pernah berkisah
Perihal atap rumah yang dipenuhi lubang-lubang
Yang membuat air hujan menguningkan lantai
Dan nanti, tembok rumah kita juga akan ikut kuning
Membentuk abstraksi di catnya, seperti rindu di kepala

Aku selalu dipenuhi sesuatu katamu, seperti pasar loak
Ia tak henti dengan hibuk tawar-menawar
Juga bising matahari dan mata yang pantulkan
Masa lalu. Jejak dan mimpi tak pernah bisa dibedakan
Jadi denyut, jadi kau di riak-riak lelakiku
Jika sudah begitu, kau tak tahu menanggapiku dengan apa
Kau lari mengejar senja, memudarkan diri
Berharap burung-burung menyusun harga cinta
Harga amarah dan air mata yang tak mampu kubeli
Sebagai pernyataan cinta padamu.

No comments:

Post a Comment