Tuesday, February 16, 2010

Hujan yang menjelma

1/
Sebagaimana kau, hujan adalah pemberhentian
Ia memaksakanya dengan aroma tanah
Dan muasal manusia

2/
Genangan air menyatu
tak berakhir ke sungai
tinggal menunggu
matahari

Menunggu kembali
jadi uap atau embun

3/
Emperan toko adalah hatimu mungkin
Di sana ada bir keras, buku sajak
Entah siapa meninggalkan
Tuhan tak pernah bercerita
Tentang kebetulan
Atau melankolia

4/
Lampu kota dan papan iklan tak pernah riang
Selalu merasa kalah dengan bulan dan bintang

5/
Siapa yang pertama menamai rintik air langit ini
Hujan. Bukankah air mata lebih baik
Sebagai namanya.

Atau sang penama mendapat mimpi
Perihal air paling suci
Yang berasal dari surga
Dan ditempatkan di mata

6/
Sebagaimana hujan, dingin adalah tempat
Yang tepat meletakkan kenangan
Ia kekal menyimpan rahasia
Dengan suhu serendah mungkin

Agar suatu hari, saat kau hangat betul
Kau akan membukanya

7/
Jalanan dan taman kota
Terus dibangun dengan harapan
Kita bisa membawa senyum
Ke dalam kota. Tapi kitalah kota itu
Dengan hibuk kendara, dengan pohon
Yang ranggas, yang tak akrab
Dengan kita, dengan perasaan manusia.
Aih kota, kotaku yang sedari tadi hujan
Kemana aku bawa polusimu, ke mana
Aku letakkan senyum asliku.

Sebab rindu tak ingin artifisial
Tak ingin jadi puisi dari penyair murahan

8/
Kemarilah kau duhai hujan, kemarilah
Rasakan aku dengan airmu
Jangan kau lari ke selatan
Jangan kau mau dibawa angin
Ia menipu, ia tak membawamu
Ia akan menghabiskanmu
Di lautan. Di pekat malam nanti
Yang dipenuhi dendam
Kesepian

Kemarilah kau hujan, kemarilah kau
Duhai ruang munajat, duhai ruang dzikir

9/
Semacam daun
Akan ada yang terbang
Dan diam membusuk
Bukan kita
Tapi rindu
Yang berlebih
Menjejalkan utopi
Ke jejak kakiku
Yang dekil
Sedari kecil

Semacam daun
Akan ada yang tetap tinggal
Dan jatuh gugur
Hujan adalah taruhan
Daun-daun. Kau dan aku
Dipertaruhkan
Di rindu
Yang dikerdilkan
Sedari kecilnya

10/
Di antara bir keras, buku sajak
Malam tak henti berjalan
Ke pagi, ke matahari
Tapi sudah kutulis namamu
Di dinding toko ini (yang tak rubuh
Oleh manusia, sebab peraturan
Perlindungan benda purbakala)

Di antara bir keras, buku sajak
Malam tak henti berjalan
Tapi kau sudah kubikin
Seabadi mungkin

11/
Andai ada cara, atau klenik
Yang bisa merubahmu jadi hujan
Aku akan pertaruhkan hidupku untuk itu

12/
Sebagaimana hujan, kau tak akan berhenti
Membuaikan aku dengan kesunyian
Untuk raib ke dalamnya

No comments:

Post a Comment