Friday, December 11, 2009

saya sedang membayangkan percakapan melankolis untuk sebuah naskah

saya dari tadi pusing bikin sebuah dialog antara seorang anak dan seorang ibu. ceritanya begini:

si anak (lelaki) adalah anak adopsi dari seorang perempuan. walaupun begitu, si perempuan (ibu) adalah jenis ibu yang sangat mencintai si anak, pun sebaliknya. suatu hari si anak ingin ngomong betapa dia senang dan berterima kasih karena sudah dijadikan anak dari si ibu. si ibu juga sedang memiliki perasaan betapa dia sering lalai menjadi ibu, pun dia bersedia berkorban banyak untuk anaknya agar si anak bisa jadi lelaki. saya juga kebingungan momen apa yang tepat buat mereka berdua saat berdialog, ulang tahun si anak kali ya?rrrrr.....bolehlah.

nah, berhubung saya sedang capek dan kayaknya tidak realistis membuat dialog yang serba romantis maka saya kebingungan bagaimana membuat dialog yang realistis tapi memberikan kesan dan aura penuh cinta. atau karena saya tidak pernah punya pengalaman menjalankan dialog ini ya?hahahahahha......ah pastilah itu penyebabnya. ada ide?saya punya banyak pikiran tapi semuanya serba romantis dan maleslah. sedang saya ingin membayangkan dialog yang realistis, yang bahasa rumah-an, bahasa biasa anatara ibu-anak, tidak perlu tetek bengek bunga-bunga dan metafora kata-kata.

fyuh, beruntunglah anak yang punya ibu penuh cinta dan kasih sayang. terus nikamati ya tu ibu, nikmatin dan bikin saya iri. terus nikmatin dan pelajari buat persiapan ngadepin dunia.

No comments:

Post a Comment