Friday, December 11, 2009

Kelegaan

anda tahu kelegaan?suatu malam di jam 7-nya saya memikirkan hal itu. saya sedang beol. di kamar mandi sebelah kamar mandi sebelah saya, ada teman perempuan saya yang juga sedang beol sambil bernyanyi-nyanyi. saya mikirkan kelegaan. sebrapakah pentingkah kita mementingkan perasaan sendiri, maksud saya sampai manakah kita boleh egois. itu pertama. kedua, saya berpikir andaikan kita punya perasaan yang dipendam sampai kapankah kita kuat memendamnya?pasti suatu saat perasaan itu akan keluar dan setelah keluar kita akan merasa lega dan plong. saya terus berpikir, ternyata kita memang mesti melegakan diri sendiri, mementingkan diri sendiri sampai batas-batas tertentu yang dirasa tidak merugikan orang lain. tentu batas-batas itu kita sendirilah yang menentukan tergantung tingkat kedewasaan kita (dewasa?wakakakakakakaka.....).
saya tentu ingin menyampaikan apa pikiran saya ke orang lain, atau menuliskanya di tulisan ini. tapi berhubung saya seorang narator yang buruk, jadi maaflah saya tak bisa menggambarkanya dengan tepat. pun hal tersebut adalah sesuatu yang absurd dan sangat tergantung kedewasaan kita menerjemahkanya (kedewasaan?please dech.....maaf, saya sok dewasa, padahal aslinya g dewasa banget!)

saya cuma mau nerangin asesorisnya aja. saya berpikir tentang kelegaan karena wwaktu itu saya sedang beol. tahu kan betapa leganya perut dan perasaan kita sewaktu t*i keluar dari pantat dan saat itu saya memang sedang merasakan kelegaan yang nikmat. sedang teman perempuan saya yang di sebelah lagi kena sembelit, walaupun dia bernyanyi-nyanyi (nyanyi-nya syahdu). saya berpikir tentang bagaimanakan leganya seorang yang sembuh dari sembelit, pasti lega banget, saya yakin pasti lega banget. dan itu membuat saya berpikir ke sana-sini tentang perasaan, tentang cinta, tentang hubungan. seringkah kita merasa jika ternyata kita ini cuma penyakit sembelit orang-orang yang sedang berhubungan dengan kita?atau sadarkah kita, kalo kita ini cuma penyakit sembelit orang-orang yang sedang berhubungan dengan kita?saya berpikir itu; seberapa penyakit sembelitkah kita ini buat orang lain?

kemudian saya bayangin, betapa beruntungnya orang-orang yang bisa menyembuhkan penyakit sembelitnya (baca: menyingkirkan orang-orang yang dianggap mengganggu). pasti itu lega banget, sangat lega. terlepas bagaimanakah dia menyingkirkan penyakit sembelitnya (karena tentu saja, obat sembelit itu bermacam-macam, dari obat tablet biasa atau menggunakan obat secara anal). pasti lega banget.

saya pernah diceritain seseorang(maaf ya seseorang, tulisanya agak hiperbol) jika selama beberapa hari dia g beol (karena disengaja) dan akhirnya kena sembelit. setelah 4-5 hari, dia akhirnya bertemu WC tercintanya. setelah 1-2 jam nongkrong di WC tercintanya itu dan plus melakukan berbagai bentuk akrobat tubuh yang bertujuan mengeluarkan t*i, tetap saja sang t*i tidak keluar. dia pun kesakitan, berbagai penderitaan pun dia alami, dari berteriak, BT sampai maki-maki dia lakukan dan akhirnya setelah obat sembelit berada di genggamanya, masuklah lagi dia ke WC tercintanya. dan keluarlah segala t*i yang selama 4-5 hari berdiam di perutnya, dia merasa lega banget.......sangking leganya, dia pun bermetafor (yang sangat khas orang itu) jika t*i-nya sepanjang setengah meter.
Tidakkah kita sedang merasa jika kita ternyata hanya penyakit sembelit bagi orang lain?huahahahahahhahahahahahahaahahahahaha......serius banget ya tulisan ini?aneh jika saya serius ini ya?wuakakakakkakakakakakakakaka.......

No comments:

Post a Comment