Sunday, December 6, 2009

Obsesi turun dari obesitas

Suatu hari kemaren saya bercita-cita jadi seseorang yang penuh pengabdian kepada negara yang tercinta dan tidak pernah mencintai saya ini. Tapi ternyata ada angin gaib yang menjadikan saya seseorang yang sungguh tidak peduli pada kondisi ibu pertiwi (andaikan dia masih perawan pertiwi, mungkin saya masih peduli). Jadi akhirnya beginilah saya dengan segala kejumudan yang saya miliki memihak kepada segala bentuk kegaiban yang sedang berlangsung di Indonesia, seperti fenomena Nyi roro kidul atau Aburizal Bakrie yang menjadi orang terkaya di Indonesia.

Anda percaya bahwa Pak Ical kita yang bukan main terhormatnya itu adalah seorang homoseks?hohohohohoho…….saya sudah keterlaluan ne membahas seseorang, kita ganti topik saja.

Saya sebenarnya sedang tidak memiliki ide untuk saya tulis, tapi karena itulah memang saya menulis. Di sebelah saya sedang tidur teman saya yang gaunganya sudah mengalahkan masakan padang. Di sebelahnya lagi ada mahkluk gaib utusan Nyi Roro Kidul yang sengaja saya khayalkan ada di sebelah saya dan mengawasi saya, sengaja saya khayalkan ada mahkluk utusan Nyi Roro Kidul karena sekarang saya terobsesi dengan Nyi Roro Kidul. Atau mungkin anda juga terobsesi dengan sesuatu?bagaimana kalo kita bahas tentang obsesi.

Obsesi berasal dari kata obesitas. Saya tidak tahu siapa yang menemukan kata obsesi dan kata obesitas, dan saya juga tidak tahu bagaimana hubunganya antara kata obsesi dan kata obesitas. Saya juga tidak tahu apakah benar kata obsesi berasal dari kata obesitas. Tapi yang jelas dan saya tahu pasti, salah satu penyebab obesitas adalah terobsesinya seseorang terhadap makanan. Obsesi menurut Kamus Besar Bahasa Saya adalah salah satu bentuk perasaan yang sangat penting bagi kemajuan pribadi seseorang, kenapa begitu?karena orang hidup butuh obsesi!Kenapa butuh obsesi?agar seseorang bisa hidup, tentunya!Contoh paling gampang saya dan perempuan. Saya begitu terobsesi dengan perempuan dan sayangnya perempuan tidak terobsesi pada saya, akhirnya obsesi saya semakin meningkat dan terus meningkat (dan saya takut saya mengidap oedipus complex, hubunganya apa?karna terlalu banyak ditolak wanita seumuran saya!!).

Obsesi, begitu beracunya kata ini bagi Indonesia. Bung Karno memperjuangkan Indonesia karena dia terobsesi negaranya bebas dari penjajah. D.N Aidit memperjuangkan komunisme di Indonesia karena dia terobsesi menghapuskan gap sosial di masyarakat Indonesia yang baru merdeka. Soeharto menjadi presiden selama 32 tahun karena dia terobsesi pada saat dia meninggal dia akan selalu dikenang sepanjang masa. Anda tahu kan betapa negara tercinta kita ini hampir sepenuhnya dibangun atas nama obsesi alias cita-cita. Sayangnya dalam mewujudkan setiap obsesi, kita selalu dan sering kelewatan alias kebablasan. Lha, ini piye?begitulah Soekarno, begitulah D.N. Aidit, dan begitulah si tamak Soeharto. Tapi obsesi adalah hal paling penting dalam hidup sepenting bagaimana kita menatap Dian Sastro kalo lagi telanjang. Kalo kita menanggapinya berlebihan, dian sastro akan jijik dan menganggap kita cuma sekedar maniak seks. Tapi kalo kita menanggapinya dengan cuek bebek, takutnya dian sastro akan menganggap kita homo. Maka cara terbaik menghadapi dan menyikapi Dian Sastro bugil (sebagai metafor dari obsesi) adalah bersikap apa adanya dan biarkan Dian Sastro yang menilai kita. Bersikaplah apa adanya, karena dengan begitu kita tahu apakah kita sudah pantas/belum pantas mendapatkan bentuk kongkret dari obsesi-obsesi kita. Tapi bukan berarti tidak diperjuangkan.

Baiklah, edisi ceramah ini saya akhiri dengan kalimat yang penuh kedamaian yang saya dapat saat solat jumat.
“Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenci-Ku dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan Ku-turunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya”

Akhirul kalam, pertanyaan penutup tulisan ini adalah:
“Menurut anda, sudahkah pantas saya menjadi seorang Kyai dan memberi khotbah di setiap khotbah jum’at?”

(Mohon apresiasi, terutama pertanyaan penutup saya tadi)

No comments:

Post a Comment