Sunday, December 6, 2009

Maut di kamar

Akh, aku seperti sunyi dalam mati. Aku berbisik-bisik
tentang hakiki. Hakekat suatu tempat ( yang rasanya
sudah pekat atau memang ini bukan saat yang tepat)
"Bicaraknalah sebuah puisi" kau menunjuk sebuah cinta
yang sudah tak bisa kuhadirkan beberapa malam ini. Di ranjang

"Baiklah, aku sedang ingin mengulum penis, buka celanamu"
Aku mati. Impotensi semua waktuku. Kau memeberi mantra.
Aih mimpi, kau begini pekat. Selayak cinta saja kau berdendang.
Aih harapan, kau begitu terbuka. Aih Perempuan, tutup ini semua.

"Hisaplah darahku ini, tanda kau miliki aku, tanda aku
bagianmu. Tanda tubuhku bukan sekedar toilet nafsumu, bukan
sekedar malam-malam bintang purnama penuh lamunan, bukan
sekedar antologi puisi dan tulisan sastra tempat sundal jadah
eksistensimu yang sama sekali memang tak pantas dipandang"

Akh, aku ingin bantal guling ini jadi sprei yang ikut sunyi. Gelisah
semua instalsi kamar.

No comments:

Post a Comment