Friday, December 11, 2009

Kenapa saya selalu sentimen dengan jakarta (serukan kalimat; "AKU BENCI JAKARTA!!")

Jakarta adalah rimbunan kekacauan yang pernah kumasuki di rambutmu (ingat benar aku, harum rambutmu saat pertama kali kumasuki jakarta).
Jakarta adalah puluhan alasan sempurna tentang dendam dan kesedihan (kenapa senyum selalu terasa mahal di sana).
Jakarta adalah saat-saat tepat membaca diriku (kau tahu, hasilnya selalu sama dengan yang dulu-dulu).
Jakarta adalah ruang tak bersahabat, adalah jalanan yang mengarah pada keraguan.
Jakarta memberikan waktu tolol menyesali hidup, meratapi hidup, dan sekedar menangisi hidup.
Jakarta adalah senyum Tuhan tentang cinta (mungkin aku terlalu mengandaikan Tuhan bersifat sama denganku).
Jakarta mungkin juga semacam kegenitan perempuan tentang hal-hal tabu (dan tentu saja ingin kumaki-maki kegenitan itu)

Jakarta mungkin lebih nikmat saat kau letakkan di wilayah lehermu (biar kujilat sampai merah dan kuharap Jakarta menjadi lebih sejuk dengan liurku)
Jakarta tentu saja berharga karenamu (cuaca jakarta adalah kebodohan yg baru saja kaualami)
Jakarta kuharapkan meninggal dalam waktu cepat (dan ibu kota negara pindah ke papua)
Jakarta mungkin juga baiknya direlokasi dan dijadikan arena colloseum internasional (agar dunia memiliki kebanggan pada negara ini)

No comments:

Post a Comment