Sunday, December 6, 2009

Indonesia


Apa yang anda pikirkan pas ngeliat Indonesia?pesimis?miris?kehancuran?ah, saya sarankan anda jangan terlalu banyak menonton televisi. Saya tidak bisa membuktikan tapi saya selalu merasa begitu banyak konspirasi ‘budaya’ dan ‘pengaruh’ saat melihat televisi. Jadi marilah kita melihat Indonesia dari sudut pandang keseharian saja. Apa yang anda rasakan pas ngeliat Indonesia?Indonesia yang hanya ada di sekitar lingkungan kehidupan anda?masih pesimis?anjing juga sampean kalo gitu ya!!

Indonesia adalah kumpulan orang-perseorangan yang kuat menghadapi penderitaan, tentu sampai titik tertentu. Baiklah, sebelumnya saya akan memberi batasan tentang Indonesia. Indonesia adalah orang-perseorangan dan persekutuan dari orang perseorangan tersebut yang dalam kesatuan wilayah domestik yang disebut NKRI ini digolongkan sebagai “masayarakat kelas menengah” sampai “masayarakat miskin”. Kenapa hanya itu?Masyarakat yang digolongkan sebagai “masyarakat kelas atas” tidak bisa masuk wilayah metafor ”Indonesia” karena mainstream mereka sudah hampir tidak terpengaruhi lage oleh produk budaya Indonesia. Indonesia adalah masyarakat yang entah bagaimana memiliki kesanggupan untuk hidup sengsara dan hebatnya mereka masih bisa menikmati penderitaan itu, sebagai tempat relaksasi dari penderitaan itu sendiri. Saya tidak tahu siapa mengajarkan mereka sikap seperti itu. Merasa saya terlalu dekat dengan filosofis jawa?memang begitu. Indonesia adalah jawa. Segala sumber kehidupan adalah jawa. Dan jawa sudah menyebar kemana-mana di seluruh wilayah NKRI. Sebegitu picikkah kita menanggapi Indonesia dan jawa?saya tidak mempunyai penjelasan.

Indonesia adalah kumpulan orang-perseorangan yang membabi-buta dalam menghadapi gempuran-gempuran budaya non-Indonesia (contoh menghadapi budaya non-Indonesia yang membabi buta adalah tulisan ini). Indonesia adalah masyarakat yang mengetahui ketidak-siapannya beradaptasi dengan kebudayaan non-Indonesia baru tapi secara terus-terusan menerima bahkan meminta untuk digempur kebudayaan baru tersebut. Ekstase budaya non-Indonesia (yang cenderung materialistis dan kapitalis plus liberalis) yang dialami masyarakat merupakan relaksasi dari keterhimpitan masalah, dan merupakan cermin dari betapa kacaunya kebudayaan Indonesia. Lalu apakah kita perlu bersikap?tentu kita pasti bersikap, tapi permasalahanya adalah kita tidak tahu bagaimana bersikap menghadapi budaya non-Indonesia. Akhirnya kita membabi-buta, kita katakan bahwa Aburizal Bakrie mendapatkan kekayaanya pasti secara tidak etis tapi kita cuma bisa diam saja, atau paling cuma maki-maki saja, paling jauh kita menuntut ke pengadilan (yang tidak akan pernah ditanggapi oleh pihak pengadilan dalam bentuk sidang dan atau memenangkan perkara kita). Saya tahu tulisan ini penuh dengan sentimen dan berbagai pikiran buruk, tapi gimana lage, saya bukan orang cerdas macam Pak SBY atau Rhoma Irama yang selalu tidak terlihat membabi-buta menghadapi permasalahan kebudayaan. Jadi, inilah saya yang Indonesia (maaf, narsis. Tapi saya merasa perlu narsis di sini), seseorang yang membabi-buta dan kurang lebih memiliki tingkat intelektual pas-pasan dalam menghadapi kebudayaan non-Indonesia. Apakah Indonesia bodoh dan terbelakang?fffyyyyuuuuuhhhhh…….saya takut memberi jawaban dari sudut pandang saya sendiri.

Indonesia adalah kumpulan berbagai jenis fragmen-frgamen yang sulit menjadi satu dan disatukan. Hebatnya Indonesia adalah selalu merasa bahwa fragmen-fragmen yang ada telah bersatu dan bisa dipersatukan dengan mudah. Canggihnya lage kita adalah orang yang merasa fragmentasi yang ada di diri kita adalah bagian paling utama dan atau paling utama dibutuhkan bagi kemajuan Indonesia. Anda mulai ambigu dengan kata Indonesia di tulisan ini?jika iya, seperti itulah fragmentasi di Indoensia, serba ambigu dan membingungkan.

Saya muak dengan tulisan ini!anda juga?bagus, anda artinya masih normal dan ada di taraf kesadaran yang paling tidak paripurna, anda sudah mengalami krisis keIndonesiaan. Tapi bersyukurlah anda jika anda mengalami hal tersebut sebab itu artinya anda menajdi orang kaya dan sudah siap untuk tinggal di luar negri. Jangan lupa!jika tinggal di luar negri tetaplah anda melihat kondisi Indonesia. Anda tidak ingin jadi malin kundang bukan?!Cukuplah anda mencaci-maki Indonesia agar tidak terlihat sebagai malin kundang.

Jadi, bagaimanakah pikiran anda saat melihat Indonesia?masih pesimis?masih miris?masih berpikir tentang kehancuran?baiklah, saya mengaku, sayalah yang terasa anjing!!

Salam kemerdekaan. Semoga arena prostitusi semakin banyak seiring dengan meningkatnya masyarakat yang membutuhkan relaksasi dari keterhimputan hidup di Indonesia. Semoga.

No comments:

Post a Comment