Friday, December 11, 2009

Abu-abu

Kenapa aku selalu terbayang kau meniduri seluruh gelisah. hingga kau pernah menelantarkan isyarat dan dosa-dosa di dalam payudara.

Kenapa setelah kesakitan dan beragam endapan, tak pernah kau henti ia melihat senggama hujan. di dunia yang belum disebut dalam sajak, bukankah mimpi semacam rumah yang penuh khianat.

Kenapa suara ibu dan hingar kampung sempat melintang ruang. sedang tak pernah kau gagap meritus nafsu dan karat tusukan.

Kenapa waktu kau anggap pintu. di baringan malam dulu kita menegang takut sebab pertemuan melarung isi kehilangan. kutahu kau meniscayakan rindu maupun tubuh yang menumbuh reruntuh. kenapa waktu kau anggap pintu.

No comments:

Post a Comment