Saturday, November 28, 2009

Hutan

Hutan, begitu sering kita dengar kata hutan akhir akhir ini, sejak konprensi dunia soal global warming di bali akhir tahun 2007 kemaren. Beberapa hari ini, kata hutan juga mulai sering didenger gara-gara kasus korupsi Al Amin dan pemerintah Bintan. Sampe sampe Zawawi Imron bikin tulisan yang khusus ngajak sastrawan nulis karya sastra tentang hutan. Begitu hebatnya kata hutan akhir akhir ini. Aih, kenapa baru akhir akhir ini ya...........

Indonesia yang katanya adalah jamrud katulistiwa plus paru paru dunia, salah satu organ penting bagi kelanjutan bumi menjadi begitu sangat (sebenarnya) perlu diperhatikan kelanjutan kehidupan hutan-nya. Tapi beginilah, ternyata hutan Indonesia (males cerita tetek bengek jeleknya hutan Indonesia) sampe sekarang masih kurang mendapat perhatian lebih dari Indonesia (ya pemerintah, ya rakyatnya). Kebutuhan pragmatis masyarakat dan desakan ekonomi yang dialami pemerintah bikin perhatian Indonesia ke permasalahan hutan sangat minim. Pun setelah konferensi dunia di bali, walaupun ada peningkatan tapi masih kurang signifikan. Kita masih dalama taraf penyadaran tentang pentingnya hutan, jadi masih dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan sikap dan perhatian lebih dari Indonesia tentang hutan-nya. Selama waktu yang panjang itu apa yang bisa dilakukan Indonesia terhadapa hutan-nya?

Proses penyadaran adalah proses yang benar benar lama. Sejak konferensi dunia di bali itu, proses penyadaran tentang pentingnya hutan mulai berjalan cukup bagus. Satu contoh yang paling gampang adalah sekarang mulai beredar kata kata "global warming" di tingkat masyarakat umum, tidak siginifikan memang, tapi cukup sebagai pupuk bagi penyadaran masyarakat. Band "Efek Rumah Kaca" juga memberi penyadaran yang sangat nge-pop sekali dengan nama band-nya. Di kasta mahasiswa pun kata "global warming" dan penjelasan penjelasan mengenainya juga beredar dan memang bener bener sangat diharapkan ada perubahan kesadaran yang cepat di kasta ini, yang kemudian berlanjut ke sikap-sikap peduli lingkungan, yang kalo mau dilanjutkan lagi bisa menulari masyarakat kebanyakan. Tapi selama proses penyadaran itu ada juga proses perusakan hutan yang justru lebih cepat dari proses penyadaran. Dengan phobia yang sangat ekstrem, ditakutkan hutan Indonesia sudah hancur lebur luluh lantak baru masyarakat kita bener bener sadar dan bersikap peduli lingkungan, kalo ini terjadi, demi Tuhan, saya milih jadi monyet ga punya eksistensi aja.

Sekarang apa yang masyarakat lakukan buat hutan Indonesia?Tak ada harapan khusus buat masyarakat Indonesia, selama mereka masih belum menyadari dan bersikap tentang pentingnya hutan. Yang bisa diharapkan sekarang justru dari pemerintah dan orang-orang yang perduli akan hutan Indonesia. Pemerintah sebagai penentu kebijakan yang memang super ruwet seringnya mengalami stagnasi mengenai hutan kita. Begitu hutan udah hancur, baru pemerintah bertindak. Departemen Kehutanan, PERHUTANI, PTPN dan berbagai jaring laba-laba pemerintah di bidah kehutanan memang masih berada di posisi sulit. Soal ini saya tidak tahu apa-apa dan kayaknya emang ga pantas ngomong apa-apa. Mungkin, marilah kita berpikir positif soal mereka; mereka sedang berusaha dengan usaha yang terbaik. Orang-orang yang peduli hutan Indonesia adalah orang orang yang rasanya makin langka di Indonesia. Mengoragnisir orang orang semacam ini adalah pekerjaan yang sulit. Tapi tingkat militansi mereka dalam hal menjaga hutan memang cukup bisa diacungi jempol. Tapi bukan berarti semua beban ditaruh di pundak mereka, kasian bbbbbbooooooo...........


Lalu, pertanyaan yang masih belum dijawab dari tulisan ini adalah;
Selama waktu yang panjang itu apa yang bisa dilakukan Indonesia terhadap hutan-nya?


Salam ga jelas....

No comments:

Post a Comment