Tuesday, October 25, 2011

Jika cinta itu disorientasi, kenapa Tuhan begitu sempurna menjalankan kerjaanNya?

Disorientasi. Itu jadi kata kunci kenapa saya ngetik tulisan ini. Saya kehilangan arah setelah saya kembali dari jakarta. Jakarta yang kejam ternyata memang jauh lebih kejam daripada seorang ibu tiri di kisah lirik lagu itu. Cih, saya benar-benar mesti memikirkan ulang banyak hal. Untung ada Zarathustra yang menemani saya. Saya ingat ucapanya pada saya, kurang lebihnya begini: “jika kamu merasa lebih aman tinggal di hutan bersama segerombolah hewan pemangsa daripada tinggal di suatu wilayah yang dihuni manusia, maka itulah kesepian.”

Apa disorientasi tidak jauh dari kesepian. Saya pikir iya. Di Jakarta saya kehilangan banyak hal, tapi untungnya saya nemu beberapa hal yang cukup bikin saya terdorong untuk bertahan di Jakarta. Tapi kekuatan saya benar-benar terkuras, ibaratnya seperti pendekar cina di film-film silat yang ketemu musuh utamanya. Semua tenaga dan ilmunya dipake buat ngalahin musuhnya itu, tapi ternyata si pendekar mesti ngakuin kalo dia kalah dan tenaganya kehabisan buat ngelawan musuhnya lagi.

Saya juga berterima kasih ke Samuel Mulia. Dia menguatkan saya di beberapa hal. Semoga saja dia jadi lelaki normal yang bijaksana. Dan saya tiba di lagunya Parkdrive, band jazz yang ngesoul itu: “namun kau tak di sini dan ku hanya bisa mengenang cinta”

Apa kesepian tidak jauh dari cinta. Tentu saja iya. Cinta adalah emosi positif yang melingkupi manusia. Dan kesepian adalah antitesis dari cinta. Kesepian adalah emosi negatif kedua setelah ketakutan yang membuat manusia bisa berbuat apa saja. Jika kesepian dan ketakutan digabungkan, hasilnya bisa parah, Hitler contohnya. Orang-orang besar hadir di dunia salah satunya disebabkan oleh ketakutan dan kesepian. Pengungggulan ras arya oleh Hitler adalah bahasa lain dari ketakutan hitler akan hancurnya dirinya dan kelompoknya yang kebetulan memiliki kesamaan sebagai ras arya (mudah-mudahan teori ini bener!)

Saya balik ke cinta lagi aja. Saya juga mengalami apa yang dinamakan disorientasi cinta. Saya sampai pada paham jika cinta (damn god! Saya ngomongin cinta pada kekasih!) itu 90% tidak melulu soal perasaan cinta an sich. 90% itu terdiri dari: 25% gombalan, 50% modal duit, 25% kelicikan (kelicikan ini terdiri dari sebrapa kuat kontrol emosi, kontrol seksual, dan kontrol omongan). Nah, 10 % sisanya baru sepenuhnya dikuasai perasaan cinta an sich. Bila anda pernah atau sedang tinggal di jakarta, saya yakin anda percaya dan menyakini pada teori saya yang ini. Gimana cara mengatasi cinta seperti ini, pilihan saya cuma ada tiga; lari dari kenyataan (bentuk tindakanya bunuh diri, gila, atau merubah karakter 180 derajat), menerima kekalahan (bisa dilakukan secara ikhlas atau tidak ikhlas. Yang sedih ya yang tidak ikhlas ini, dia akan mengalami banyak tekanan selama beberapa waktu sampai dia merasa ikhlas dengan kekalahanya), ketiga adalah merubah orientasi seksual (yakinlah, ini bentuk yang paling parah dan bentuk ini memang ada dalam artian bentuk ini bukan sebagai reprentasi sebuah motivasi atau sebuah turunan dari sebuah motivasi, tapi bentuk ini adalah sebuah motivasi utama. Sebuah motivasi utama yang memang langsung berbentuk tindakan nyata yang jelas bentuk tindakanya. Maksudnya begini, representasi dua pilihan sebelum pilihan ini bisa bermacam-macam, tidak bisa ditebak secara langsung. Sedangkan pilihan ketiga ini sudah bisa ketahuan bentuk represantasi tindakanya. Tapi satu hal penting lainya, dua pilihan selain pilihan ini memang bisa mengantarkan orang untuk merubah orientasi seksual. Point penting dari pilihan ketiga ini adalah motivasi merubah orientasi seksual ini menjadi motivasi utama dan pertama, bukan motivasi sampingan.)

Ah, maaf saya berceloteh terlalu banyak hal tidak penting. Saya baru saja disadarkan Bali Lounge. Maafkan saya. Begini saja, jika kita masih berpikir seperti anak SMP yang penuh kegalauan ABG, maka ucapkan kata ini pada orang yang melukai cinta anda: “makasi ya buat semuanya, makasi udah nyakitin aku!” Dan selama anda masih dalam dalam proses galau saya sarankan anda jangan pernah membaca semua karyanya Ayu Utami, Djenar Maessa Ayu, atau tulisan-tulisan lain yang bercirikan pelarian diri dalam bentuk seksual, hubungan saling-silang, dan kekerasan diri. Jika anda membacanya, anda akan mudah termotivasi untuk mengalami cinta yang masokis dan miskin. Saya tidak berceramah, saudara. Saya hanya berbagi pengalaman. Saya sarankan anda membaca karya puisinya Acep Zamzam noor atau Zawawi Imron atau Ahda Imran. Atau jika anda ingin merasa cerdas (padahal sebenaranya anda bodoh) saya sarankan anda membaca Goenawan Mohammad. Saya ambilkan puisi cintanya sebagai contoh manisnya:

Waktu adalah mesin hitung, cintaku
Jam berkeloneng dingin (seperti gaung)
di kota itu. Angka-angka itu telah lama tahu:
bayangku akan hilang sebelum salju

Sementara kau akan tetap jalan
(seperti kenyataan). Sampai pada giliran.
Mengaku, tiap kali daun jatuh di rambutmu:
“Tenyata kenangan hanya perkara yang lucu”

Tentu: Tidak apa. Kita tak memilih acara.
Pada angin runcing dan warna musim kau juga
akan terbiasa. Nasib telah begitu tertib.
Pada Lupa kita juga akan karib.

No comments:

Post a Comment