Friday, February 12, 2010

Penyelesaian di larut gerimis

: R.A

Aku bermimpi tentang ketertinggalan kita akan pertanda-pertanda gerimis; kita basah diguyur kepergian dan beberapa serpihan isi dada. Sampai di manakah kita di kenyataan dunia?sudahkah kita di masalah yang tepat untuk menikah, untuk mengkerapkan cinta. Aku tidak membicarakan tubuhku yang terlanjur basah, pikiranku yang kau katai masih perlu didewasakan atau puluhan dedaun yang meremangkan nasib kita saat senja di taman. Kita sudah terlalu pedas dengan cinta, terlalu menggarami hidup dengan ironi; kuminta kau tertarik dengan imajinasi malam tentang bulan yang menasbih-dirinya sebagai pendamping setia mentari.

Kemarilah, kusiapkan setumpuk melati dan kumpulan kalimat cinta; aku akan kembali mengejamu berkali-kali, merampingkan emosi-emosimu, dan mendoakanmu bersama malaikat-malaikat. Air mata tak kuhadirkan sebab aku membawa sembab gerimis yang siap menata rahasia dan sunyi perasaan. Lama sudah kita tak lepas dingin dengan rindu dan puisi chairil. Segeralah kemari, hilangkan mimpiku, kita ulang lagi kitab-kitab cinta dan mengartikan lagi waktu yang berjingkat-jingkat menyemat usia. Setelah itu, kuberi kau sujudku untuk letakkan melati di rambutku

Malam tak pernah selesaikan mendung, tak juga pernah genapkan kabar. Tak adakah kau membawa selimut yang setiap ujungnya penuh dermaga dan cakrawala fajar.

No comments:

Post a Comment