Sunday, December 6, 2009

Felm melayu dan Indonesia yang urban melayu

Mari mencintai felm indonesia di tengah arus globalisasi dunia felm Hollywood dan Bollywood. Apalagi di bulan kemerdekaan yang selalu dirahmati oleh Ketuhanan Yang Maha Esa ini. Kenapa felm Indonesia?kenapa harus ada ajakan untuk mencintainya?apakah buruk sekali felm Indonesia?kemanakah nasionalisme anda sehingga anda mengeluarkan pertanyaan semacam itu?Ini Indonesia bung!Kemerdekaanya diperjuangkan setengah mati oleh para pahlawan dan diteruskan dengan penuh heroisme pembangunan oleh generasi-generasi berkeley’s. Jadi mari mengahargai bentuk perjuangan patriot-patriot pembangunan dengan salah satu caranya adalah mencintai felm indonesia yang terkenal karena menghibur rakyat dan cenderung membuat kita terlena oleh mimpi-mipi indah tentang berhasilnya manusia Indonesia dalam hal materi dan cinta.
Apa saya tidak mengahargai Raam Punjabi Cs. ato MultiVision Plus dan berbagai rumah produksi lain yang berdiri sejak tahun 1990an?bukan, saya menghargai mereka. Mereka adalah warga keturunan India yang mendidekasikan seluruh hidupnya di dunia perfelman Indonesia. Mereka tonggak sejarah sinetron Indonesia yang selalu kontroversial itu. Merekalah duta-duta bangsa di berbagai acara perfelman dunia. Merekalah yang menaikkan harkat dan martabat bangsa Indonesia hingga bisa mengalahkan industri perfelman negara Timor Lorosae. Mereka patut diacungi jempol.

Baiklah, itulah beberapa kalimat pembuka saya dalam pembicaraan kali ini. Mencintai felm Indonesia adalah sama seperti membeli kucing dalam karung, membingungkan. Antara rasa heroisme nasionalisme dan rasa objektifitas selera individu. Hati-hati!jangan sampai anda menjadi semacam Malin Kundang di negara sendiri. Lihatlah kecantikan dan kemolekan Bunga Citra Lestari di setiap felm-nya, bukankah itu saja sudah cukup membuat kita berhasrat untuk mencintai felm Indonesia. Atau lihat kecerdasan akting Titi Kamal di felm D.O (Drop out), lihatlah bagaimana dia berakting menjadi dosen yang bodoh dan bertingkah sangat hiperbol. Atau lihatlah akting Suzanna, sang legenda felm erotis mistis Indonesia yang masih terus berusaha mencari-cari popularitas lewat felm-felm mistis. Marilah kita belajar menjadi kaum urban modern yang selalu metropolis melalui dunia felm indonesia (apalagi sinetronya). Marilah kita belajar mengetahui bahwa orang jelek pasti berwatak jelek dan orang cantik pasti berwatak baik budi. Marilah kita belajar mengetahui mana yang hitam dan mana yang putih dari dunia felm Indonesia, tidak seperti hidup kita selama ini yang ga pernah jelas siapa yang baik dan siapa yang jahat.

Satu orang Indonesia yang mengamalkan amal-amal jariyah dunia perfelman Indonesia adalah Mr. Aburizal Bakrie. Dialah lambang terbaru orang Indonesia modern yang metrpolis dan penuh dengan kharisma hedonisme. Sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, beliau masih ikhlas menyandang jabatan menteri sosial, dan masih ikhlas tidak memiliki ambisi menjadi Presiden Indonesia, dan masih ikhlas masih mau mengurusi korban-korban Lapindo, bahkan beliau masih memberikan ganti rugi 20% atas kerugian korban lumpur, lihatlah, 20% dari kerugian tiap-tiap korban, bukankah itu jumlah yang sangat banyak. Dan dia masi sempat menggelar resepsi pernikahan salah satu keluarganya dengan sangat gegap gempita, sungguh mengahrukan, sungguh dia benar benar mempesona sebagai lelaki, seperti felm-felm Indonesia dan sinetron Sungguh beliau adalah contoh urban Indonesia metropolis yang masih memiliki hati nurani paling hakiki tenatang makna materi dan kekuasaan. Marilah kita bersama-sama mencintai pak Ical sebagai mentri sosial di tengah banyaknya himpitan-himpitan hidup yang makin menyesakkan.

Seorang lain lage yang dan beberapa orang lain yang sedang berusaha mengamalkan kebaikan-kebaikan felm adalah bapak presiden kita yang tercinta, Mr. SBY dan beberapa tokoh politik semacam Rizal Malarangeng atau Wiranto atau Soetrisno Bachir. Merekalah yang begitu sempurna menyalami kaum-kaum marginal dan tersenyum murah hati di hadapan ibu-ibu pasar saat berada di dalam iklan diri mereka sendiri. Merekalah yang memberi kesan bahwa merekalah nabi, sang juru selamat kebangkitan Indonesia!!!ANJING!!!SAYA SUDAH GILA!!!!!DASAR MONYET KALIAN SEMUA TUKANG POLITIK!!!

Bagian kedua:
Bagian ini saya dedikasikan khusus sebagai tempat menumpahkan alasan saya menulis tulisan di atas. Saya bosan.
Terima kasih

Bagian ketiga:
Tahukah anda kenapa kualitas felm dan sinetron kita bisa begitu?saya memang tergangu dengan pertanyaan ini dari dulu. Saya yakin anda juga mengalami kegelisahan yang sama, kegelisahan yang kadang melebihi kegelisahan terhadap eksistensi Tuhan. Saya akan menjawab kegelisahan itu agar kita bisa kembali menggelisahkan Tuhan.

Segala permaslahan ini bersumber dari industri felm India dan warga keturunan India. Itulah kenapa saya kadang menyesali keputusan Orde Baru yang memblack-list warga keturunan Tionghoa. Sebenarnya yang memberi pengaruh buruk adalah warga keturunan India, apalagi yang berada di dinasti dan marga “Punjabi”. Baiklah, saya tidak mau melakukan provokasi SARA ga penting, kita bahas aja Punjabi gila ini. Merekalah yang terlalu banyak memiliki idealisme tentang uang tanpa memiliki idealisme tentang felm. Mereka terlalu pragmatis dalam industri felm. Sebagai bagian kebudayaan, felm memiliki tugas mengembangkan kebudayaan masyarakat, tapi sayangnya Punjabi gila itu hanya berpikir pragmatis, dan itu sangat mencelakakan sekali. Parahnya, kita sebagai masyarakat cuma bisa nonton tanpa ada tindakan lebih lanjut. Jika ada masalah, kita cuma bisa maki-maki tanpa melakukan something useful (bener ya tulisanya?), jadi beginilah kita, selalu didekte. Dan karena itu marilah kita menggelisahkan Tuhan, berharap Tuhan gelisah karena kita menggelisahkan Dia terus. Semoga Tuhan mau turun tangan menghadapi kegelisahan kita. Semoga.
Jika benar Tuhan turun tangan, artinya dunia ini bakal kiamat. Maka dari itu, usahakanlah felm Indonesia kembali berkualitas. Mari kita bunuh Punjabi sialan itu dan kita perkosa istrinya yang cantik itu

Bagian keempat:
Bagian ini menjelaskan bahwa tulisan ini hanya ungkapan kekesalan. Jika anda terlalu serius menanggapinya, maaf, saya bukan provokator. Saya hanya berusaha menjadi koruptor.

No comments:

Post a Comment