Friday, November 13, 2009

Islam prokonyot

Islam, begitu sengaknya agama ini di telinga saya. Apalagi jika yang membawanya adalah orang orang yang melakukan tindakan anarkis. Terkadang, di antara begitu banyak pikiran pragmatis saya, saya masih dengan kurang kerjaanya berpikir; "Islam itu apa?", "Siapa yang berhak membawa kata Islam?"

Di Indonesia zaman sekarang, saya mulai bingung juga menempatkan diri di tempat yang mana; sekuler ato pragmatis. Saya masih melakukan sholat tapi saya juga masih pernah nonton BF, itu analoginya. Jadi saya ini sekuler atau agamis?Yup!Bukan itu yang penting di kehidupan sosial duniawi, yang penting adalah bagaimana sikap sikap dan moral kita kepada sesama, kalau di Islam bahasanya ada "hablumminannas", kalo di kristen dilambangkan dengan garis horisontal yang ada di salib. Oh, ternyata saya seorang sekuler!HHhhhmmmm......Tuhan saya hilangkan ke mana ya?

Terus saya mikir , apa penting kita bermain main dengan fiqih Islam di zaman yang katanya sudah postmodern ini?Atau gimana kalau kita hanya bermain main dengan wilayah tauhid saja?Seperti Nabi Muhammad SAW saat pertama kali menyiarkan agama Islam. Dengan begitu paling tidak kita dengan jantan mengakui bahwa kita jahilliyyah, atau mungkin tepatnya kebablasan. Bukankah begitu?Fiqih Islam sudah ketinggalan zaman. Di Indonesia ada contohnya, Ahmadiyyah yang katanya MUI itu sesat, dihancurkan oleh negara dan sebagian masyarakat. Tapi ada sinagog di Surabaya, sama sekali tidak ada yang menyentuh, mewacanakan pun saja tidak. Bukankah begitu?Fiqih Islam sudah terasa basi!!

Jadi Islam yang hanya tauhid yang benar itu bagaimana?Nah kan!Apa mungkin ya kalo kita membuat Islam dari perspektif diri sendiri dan dianut hanya oleh diri kita sendiri, ya syukur syukur seumpamanya ada orang yang dengan sengaja ikut dengan Islam menurut gaya kita, bukanya kita nanti seperti nabi?Mesti bersyukur kan kalo gitu!

Sekarang saya ajak anda merefleksikan Islam dengan gaya sendiri, silahkan berpikir dan lakukan di tataran praksis. Toh, jika nanti ada yang marah marah dengan gaya kita ber-Islam, kita bisa membuat pembenaran bahwa mereka memandang Islam kita dengan gaya mereka sendiri. Yah, sama sama egois lah gitu maksudna!!

HHHHhhhhhhhhhhmmmmmmm............Tuhan bener bener sudah hilang ya?

Islam yang utuh adalah sesuatu yang mustajab, apalagi di zaman yang katanya udah gila ini. Di satu sisi kita begitu bangganya mengatakan bahwa kita sudah ber-Islam, tapi di sisi lain kita begitu terbukanya melakukan tindakan tindakan yang tidak Islam. Islam bagi saya, tentunya secara dan atau hanya idealisme semata, adalah moralitas plus rasionalitas, penyatuan jasmani dan rohani, persenggamaan yang tidak sekedar kawin tapi persenggamaan yang nikah, sehingga didapatkan masturbasi suci, sebuah anak batiniah yang suci. Tapi ya begitulah, karena ini sifatnya idealisme semata, jadi sangat sulit mendapatkanya.
Jadi Islam yang utuh adalah Islam yang sesuai dengan pemahaman kita, Islam yang sesuai dengan gaya kita, Islam se-enjoy-enjoy-nya kita aja deh. Bukan begitu?Insyaallah..........
Lho, lalu ke mana proses belajar?

Ah ya, kita juga sering lupa jika bagian terpenting dari hidup itu adalah proses. Belajar adalah proses yang cukup bernilai. Sebab di sana kita mulai diajak mengenal substansi. Nah kan!!Kita bicara tauhid lagi!!

Islam, begitu sengaknya agama ini di telinga saya. Apalagi jika yang membawanya adalah saya. Sebab di satu sisi, Allah adalah semacam abstraksi yang benar benar rumit tapi indah, tapi di sisi lain Allah dengan Islam plus penganut Islam adalah semacam feodalisme lahiriah/duniawi yang bercampur aduk dengan sifat ruhaniah.

*******************************************************************************************


Prokonyot adalah kosakata baru yang saya dapatkan dari seorang bidadari wanita bersayap kupu kupu ketika suatu malam saya mencari wangsit. Kata tersebut terasa seperti guyonan memang disengaja oleh sang bidadari, kata beliau, untuk menghadapi keformalan, keseriusan dan tetek bengek keteraturan yang mulai mengengkang ada baiknya menggunakan humor.
Prokonyot sendiri berarti sesuatu yang sudah musnah, sesuatu yang di zaman dahulu begitu berjaya tapi sekarang hanya tinggal cerita saja.

No comments:

Post a Comment