Wednesday, May 8, 2013

Tips dan trik memotret model amatir

Selamat berjumpa lagi dalam sesi tips dan trik fotografi. Penulisan ini didasarkan pada pengalaman saya sebagai orang yang hobi mbribik cewe-cewe dengan modus menjadikanya model foto. Satu-dua berhasil, dalam artian mereka mau dibribik, tapi beberapa yang lain malah gagal. O ya, jangan lupa jika tulisan ini adalah pendapat pribadi, lebih tepatnya pendapat lelaki jablay. Jadi, jika ada satu dua hal-hal hiperbola harap dimaklumi saja sebab segala kewajaran yang tercipta di dunia adalah milik Sang Maha Cahaya.

Saya membatasi tulisan ini hanya untuk model amatir. Batasan model amatir adalah mereka yang ikhlas dijadikan model tanpa honor yang sepantasnya. Bahkan seringnya gratis. Jika anda mencari tips dan trik memotret model non-amatir, bukan di sini tempatnya. Saya hanya orang hobi dengan kamera saya, bukan fotografer bayaran. Jadi semuanya dilakukan dengan amatir saja.

Baiklah, mari kita mulai tips dan triknya saat ini:

1. Carilah model yang sesuai dengan hasrat orientasi seksual anda. Ini penting. Karena ini menyangkut hasrat, motivasi, dan semangat saat anda memotret. Karena orientasi seksual saya adalah perempuan, maka saya mencari model yang berkelamin perempuan. Tolong diingat baik-baik hal dasar ini. Sebab, tips nomer 1 ini mempengaruhi segala hal teknis fotografi anda saat memotret model.

2. Carilah model yang masih jomblo dan mudah untuk dibribik. Hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi motivasi anda dan intensitas anda memotret. Semakin mudah dibribik, artinya semakin tinggi intensitas anda motret model, artinya semakin tinggi pula kesempatan anda mendapatkan foto bagus. Dan bonusnya, jika bribikan anda masuk di hati si model, ada kesempatan anda untuk jadi pacar si model.

3. Perhatikan bentuk rahang, pipi, dan wajah si model. Temukan apa kekurangan dan kelebihan bagian wajah si model. Dan tentukan asesoris tambahan apa saja yang akan ada di sekitar wajah si model. Apakah bentuk rahangya oval, kotak, atau bulat. Apakah pipinya chubby, kurus, atau ideal. Apakah wajahnya memiliki paduan sempurna antara mata-rambut-jidat-alis-bibir-kuping atau ada bagian dari wajahnya yang memiliki kekurangan unsur fotografis. Asesoris apa saja yang boleh ada di sekitar wajah si model dengan bentuk rahang, pipi, dan wajah yang begeitu. Apakah lipstik warna merah, warna pink, atau hanya lipgloss yang bisa menghiasi bibirnya. Apakah bedak tebal, eye shadow tebal, apakah lensa kontak warna biru atau tanpa lensa kontak, apakah anting panjang atau anting pendek yang boleh menghiasi wajahnya. Ini semua penting untuk dipikir. Saya kasih contoh fotonya



Dari kelima foto itu, anda pasti tahu betapa chubbynya pipi si model, walaupun bentuk rahangnya sepertinya terlihat bagus. Tapi chubbynya ga nguatin kan?! Insyaallah iya. Untuk ngakalin pipi sechubby itu, ambil angle di samping model, dengan pose model yang juga tidak langsung menghadap kamera. Ini ilmu klasik. Masa si anda ga ngerti?! Kalo kamera dan pose model langsung berhadap-hadapan, cilakalah anda. Asesoris di sekitar wajah si model yang minim juga sudah tepat. Asesoris si model tidak menambah efek chubby pipinya. Penggunaan rambutnya buat menutupi kechubby-an si model juga udah oke ni. Btw, nama model ini siapa ya?

Saya kasih contoh foto model dengan asesoris yang berlebihan.



Model ini secara natural sebenernya oke; rambut panjang, pipi ideal, rahangnya cukup bagus, jidatnya ga lebar-lebar amat, matanya belok, bibirnya ga tipis-tipis amat. Cukup ideal deh sebagai model. Tapi sayangnya, terlalu banyak sekali asesoris yang tidak sesuai dan menutupi keindahan natural si model. Anting-anting yang terlau panjang, make-up daerah mata yang terlalu berwarna. Plus bajunya yang terlalu ngejreng. Jadi, keindahan naturalnya ketutupin. Dan saya ga sepakat dengan banyaknya asesoris yang menutupi keindahan si model kayak gini ni.

Jika anda tidak punya kuasa untuk merubah penampilan si model, maka serahkan segala unsur pemotretan anda pada insting anda. Pilih sudut yang tepat, yang sekiranya bisa mengurangi efek jelek dari si model. Percayalah, itu semua bisa dilakukan. Atau arahkan pose si model. Contohnya kayak gini:




4. Setelah memperhatikan wajah, perhatikan fisik dan kostum si model. Bayangkan begini, anda ingin motret model yang dalam harapan anda si model bertubuh langsing singset aduhai. Tapi tenyata si model memiliki perut buncit dan memakai baju ketat yang menonjolkan kebuncitanya. Sakit hati kan anda pastinya?! Perhatikan juga betis si model. Jika betisnya seukuran betis pemain bola, segera lakukan penyelamatan visual anda. Minta si model menggunakan kostum yang dapat menutupi ukuran betisnya yang gede itu. Jangan sampai si model make kostum penutup kaki berukuran pendek sedangkan dia punya betis besar. Jangan sampai. Betis yang gede mesti ditutupi. Bisa njomplang kalo ga anda tutupi. Kecuali anda memang lagi motret dengan tema perempuan berbetis gede. Ini contohnya. Bandingkan betis dua wanita ini:




5. Setelah visual fisik si model anda perhatikan, berikutnya perhatikan kejiwaan model anda. Jangan sampai model yang anda potret punya kejiwaan yang ga beres. Seumpamanya, dia gila. Atau eksibionis tingkat tinggi. Bisa gila sendiri anda kalo pas anda motret, ujug-ujug dia pose dengan buka celana dalamnya padahal dia make jilbab. Bisa geje kan anda. Maaf, ga ada contoh foto untuk kasus ini.



Tuesday, April 16, 2013

Surat cinta yang saya yakini saya buat untuk anda

Aku ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Tahukah engkau kenapa sapardi membuat puisi ini hanya dua bait saja? Ia ingin mempertahankan pikiranya yang ideal tentang cinta; kesederhanaan antara dua orang saja. Ia tak perlu orang ketiga atau keempat atau seterusnya. Ia hanya perlu dua orang yang bersifat berbeda. Aku yang kayu dan kau yang api. Kau yang hujan, aku yang awan.

Tapi ternyata hidup bukan hal sederhana. Dan sapardi paham benar. Maka, ia hanya berangan, angan yang aku pikir tepat seperti apa yang aku bayangkan, mencintai dan saling memiliki sampai mati. Cinta yang tak habis-habis dan saling menghabisi, cinta yang membuat satu sama lain hanyut.

Tapi angan seperti hal bodoh yang diciptakan oleh keinginan. Ia menolak kenyataan, menolak hidup, meninggikan imaji, dan membunuh diri. Akhirnya ia menjadi sajak, menjadi pembunuhan pikiran paling eksibionis. Agar engkau tahu bahwa cinta benar-benar isyarat yang membuatku mengalami ketiadaan.

Oh engkau perempuan yang menjadi kenyataan di dunia, tahukah engkau bahwa rinduku melebihi segala kebaikan dan keburukan dunia, rinduku yang tak sampai padamu melebihi itu semua. Melebihi segala kenyataan dunia. Maka, hidupilah terus rinduku. Sebagai pengingat jika kau memang memiliki cinta di hatimu. Dan di hatiku.

Saturday, April 13, 2013

O shit

Sejarah kata absurd:
1. Diawali oleh buku pelajaran IPA sewaktu SD, yang memberi penjelasan tentang bagimana seorang lelaki dan perempuan bisa menghasilkan anak. Waktu saya kecil, say tidak mengerti pelajaran apa itu. Akhirnya waktu itu saya dan seorang teman perempuan saya sering bermain kelamin berdua di belakang sekolah, saya ngotak ngatik kelamin si permpuan, dan si perempuan ngotak ngatik kelamin saya. Sungguh, saya masih polos waktu itu jadi tak tahu jika perbuatan itu berjenis cabul. Yang saya tahu dan memotivasi saya untuk berbuat seperti itu adalah pikiran saya terhadap pelajaran biologi tentang kelmin yang bagi saya waktu itu absurd.

2. Beberapa teman saya sering mengatakan kata ini terhadap seseorang lain jika tidak paham tindakan dan cara berpikir orang lain tersebut. Dan sayangnya selama beberapa lama saya bergaul dengan orang orang yang berkategori absurd yang akhirnya menulari saya dengan kosakata baru; 'absurd'.



JAdi begini ceritanya saudara-saudaraku yang kucintai dan kuhoramati dan kuhargai dan sering kumaki-maki, bulan ini blan ramadahn kan?artinya bulan puasa kan?artinya ada acara mudik kan?artinya begitu banyak arti penting bagi kehidupan umat berbangsa dan bertanah air kan?artinya mau ga mau kita didesak gaya hidup kan?artinya mau ga mau, sadar ga sadar kita sebagai individu mesti nurutin arus besar kan?artinya saya sedang meratapi diri sendiri kan?ya itulah maksud saya!!Meratapi diri sendiri.............!!!!Asulah!!!

Sejarah kata Asulah:
1. Saya benci anjing dan anjing benci saya. Karen kami kompakan saling membenci, akhirnya kami tak pernah menyapa hingga kami berdua naik ke surga dan didamaikan oleh malaikat kucing.

2. Ini adalah sebuah makian gaya baru yang diciptakan dengan sangat sempurna dan jenius oleh beberapa mahkluk absurd yang menyukai anjing dan yang membenci anjing. 'Asulah' adalah semacam kesepakatan damai antara dua kaum yang merasa memiliki hubungan langsung dengan anjing.


Jadi, setelah membaca shoutmix di blog ini dari satpam beranda, saya jadi makin meratapi diri saya.
Beberapa jam tadi saya meng-SMS 3teman saya. Isinya semacem pernyataan kalo saya g pengen punya anak dan istri. Beberapa hari kemaren saya juga dimakimaki soalnya aku ngomong macem gitu. Aku jadi binun dong, apa apaan ini, kok prinsip hidupku diejek-ejek, tentu dong, sebagai kaum aktivis yang selalu memberontak walaupun ga tau apa yang diberontak, saya berpikir ulang sampe akhirnya dalam 2hari uban saya jadi tambah aneh bentuknya. Nah, hubunganya ama shoutmix itu apa?akhirnya karena uban itulah saya mendapat jawaban dan ilham dan hubungan yg coba aku pastikan jadi hubungan yg jelas!

Saya butuh tatih tayang?tentu saja dan pastinya, tapai bagaiman ya cara jitu dan ampuh menghilankan jarak sejauh 500 km.

Friday, April 5, 2013

Pembunuhan di dalam diri

Pada akhirnya
Hidup seperti kalimat cinta
Satu per satu makna
Hilang kita bawa
Ke dalam jiwa
Waktu

Pada akhirnya
Aku mesti mencintaimu
Sebagai rindu

Friday, November 9, 2012

Untuk Santa Anna

I/
Santa anna,
Seseorang akan beringsut
Mengunci mimpi
Di kedai roti senja hari
Sebab setelah itu
Awal dan akhir menyusut
Jadi riwayat masa depan
Yang canggung pada dunia
Yang membuat kami surut
Mendambakan diri kami
Sebagai melankoli
Hingga tinggal tanda seru
Tentang tubuh dan maut

Santa anna,
Beri kami masa lalu
Agar tenang kami rasa
Kebajikan cintamu
Seperti air mata
Di mata kristus
Hanya ada cahaya
Yang menyatu
Membuat luka
Jadi cinta dan rindu
Saat segalanya buta
Dan kota ini menjadi ritus

II/
Kami tak menyesal
Tiap menumpuk makna
Seperti sajak dan mazmur
Kami percaya senja
Juga pagi sebagai muasal
Persimpangan luhur
Kebahagiaan bebal
Yang terus kami pelihara
Sebab rahasia dan umur
Membaca setiap pertanda
Yang tak ingin kami kenal

III/
Santa anna,
Mazmur apa yang pantas
Untuk roti-roti persembahan
Dan penantian. Dan perasaan
Segala hal menjadi cacat
Perasaan kami yang tak suci-suci
Melupakan cinta, juga asmara
Untuk cepat pergi bergegas
Mengendapkan kelahiran
Nasib di perjalanan
Waktu yang tak mencatat

Santa anna,
Ibu dari ibu segala kebajikan
Dalam dosa, kami menelan rotimu
Maka, iringilah jiwa kami
Bagai maria mengiringi yesus
Agar kata-kata tak kusam
Dan pada getarnya
Kami mampu berjalan
Membawa harapan kelabu
Yang labil membangun nyali
Dengan rahasia-rahasia siklus
Yang kami sendiri tak paham

Sunday, August 5, 2012

Rapsodi musisi rock progresif untuk kekasih barunya

: G. P

Aku tak tahu bagaimana rasanya perjalanan
Dan kenyataan yang selalu berkhianat
Pada percakapan. Diam-diam aku berdoa
Bisa membentangkan segala rupa kebahagiaan
Agar jarak dan tanda-tanda buruk yang kau bawa
Sampai kepadaku sebagai rindu dan ciuman orang hilang asa

Rasakan aku sebagai kesendirian, sebagai hiburan
Yang gagal lahir dari usia dan silsilah masyarakat
Kau akan menemukan sejarah kecemasan paling purba
Kecemasan yang mampu membuat fantasi Tuhan
Dan cerita-cerita cinta indah paling ajaib di dunia
Maka, rasakan aku seperti aku merasakan bibirmu dengan luka

Supaya kau bisa mengingat kembali di mana mesti bertahan
Dari banyak ketololan yang terus menerus kau ingat
Bertahanlah di sana dengan perasaan dan banyak rahasianya
Bertahanlah hingga sakit, hingga sekarat, hingga kau ketakutan
Hingga kau paham jika cinta adalah petualang ulung di dada kita
Yang sabar dan telaten memburu air mata sebagai tanda kemenanganya

Waktu yang pekat juga ikut mengemasmu sebagai kekalahan
Yang sengaja dicipta sebagai sejarah yang pantas dicatat
Hingga kapan nanti kau diingat sebagai martir, sebagai santa.
Maka niscayakan dirimu padaku seperti malaria di hutan
Dan akan kubuat kau berseteru sepenuh-penuhnya
Hingga tuntas semua dendam dan ingatan yang ada

Hingga akhirnya kau siap menghadapi kehilangan-kehilangan
Dan kuat merasakan luka sekuat pisau menyayat
Nadi tanganmu. Yang coreng mencoreng adalah jagad raya
Kenyerian yang terus menerus menerus kau simpan
Seringkali ia akan mengarahkan telunjukmu ke kepala
Dan menyesali banyak hal yang melintas di dalamnya

Tapi jangan kau henti hidup, sebab zaman yang murka menyediakan
Banyak hal sebagai pembenaran, termasuk jalanmu yang sesat
Padaku. Akulah yang menyalakan jejakmu di setiap jeda
Sebab sejarahmu adalah sejarahku yang belum terselesaikan
Dan di sepanjang hidup yang gagap dengan cara kita menghadapinya
Akulah yang tak henti membersihkan perasaanmu yang berantakan di mana-mana

Monday, July 23, 2012

Ode

Kenangan adalah sesuatu yang berharga. Saya berhasil, malam ini, mempelajari itu dengan tertawa (dengan dewasa menurut filosofi beberapa orang, wkwkwk). Saya tahu, jika dari kenangan kita semakin tahu jika kita tumbuh secara fisik dan mental. Maka, saya menghargai kenangan seperti saya menghargai buah semangka dan buah manggis yang mudah saja dijadikan sampiran dalam pantun-pantun hiburan.

Buah semangka buah manggis
Dimakan untuk segarnya puasa
Siapa sangka engkau manis
Biarpun sudah dimakan usia

Oke, ini bukan tentang seseorang atao sesuatu. Ini hanya bagaimana kita membaca perilaku kita di masa lalu. Saya suka di mana kita malam-malam begini tertawa lepas dengan kopi dan buah semangka yang menyertai kita. Hingga nanti kita benar-benar tua dan mati bahagia dengan segala penderitaan kita. Maka, hidup dan puisi akan mencapai karirnya yang paling sukses: legenda sastra Indonesia!!!!

Friday, June 29, 2012

Tips dan trik selective colour di Photoshop CS5

Saya akan memberikan panduan sedikit mengenai menyeleksi warna di foto dengan menggunakan photoshop CS5. Sebenernya secara garis besar, langkah-langkahnya g sulit. Saya aja baru belajar dari 3 hari kemarin. Masi newbie ni. Tapi selama tiga hari itu, saya mendapatkan banyak trik-trik dan tips-tips yang kupikir bisa saya bagikan ke internet. Ok, tanpa banyak bacot, ini dia step-stepnya:

1. Kalo mau ngedit foto make Photoshop, langkah pertama tentu saja nongkrong di depan komputer. Jangan pernah nongkrong di pinggir jalan macam ini. Semua keinginan anda ngedit hanya akan jadi mimpi saja kalo nongkrong di pinggir jalan
2. Jangan cengengesan kayak foto di atas. Anda sedang berhadapan dengan komputer dan sedang mengerjakan photoshop. Bukan menghadap televisi dan melihat OVJ. tolong bedakan dua hal tersebut ya.

3. Jangan merasa cepat puas dengan hasil editan anda. Selalu evaluasi sesering mungkin. Karena menyeleksi warna di photoshop menuntut ketelitian dan ketaletan plus kesabaran tingkat dewa-dewi. Ini contohnya; perhatikan sadel di foto ini.
sory yo, fotone dadi blur je. embuh ngopo e.

4. Lanjut ke tips berikutnya. Jangan gampang bete ngadepin detail yang super duper banyaknya. Kayak foto ini contohnya. Inget, tetep sabar.

5. Tips berikutnya, belajar dari yang detailnya sedikit. Biar ga gampang bete. Foto ini contoh foto yang detailnya dikit.

6. O, iya!! Ada lagi hal penting lainya. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan. Ini penting, berhubung masalahnya kesabaran adalah masalah spiritual. Jangan lupa berdoa yaa....

























































7. jangan lupa makan dan beol juga. Setelah aktivitas itu semua, saya yakin kita jadi lebih terlatih dan sudah siap menunjukkan hasil. Tetap santai, jangan kegirangan jika hasil foto anda dirasa memuaskan.

8. Setelah itu, segeralah beranjak dari gaya edit macam itu. Agar ga terpatok ke satu gaya. Coba gaya infra merah.

9. Terakhir. Tersenyumlah dan berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan orang-orang cerdas yang telah menciptakan Photoshop.



Saturday, June 23, 2012

Cinta kami serupa cinta zaman SMA

Apa yang bisa kami sembah
Dari peradaban yang bingung
Pada langkah kaki kami

Zaman yang besar meninggalkan cinta
Sebagai pakaian kotor yang kau nodai

Kata-kata yang sekarat menciptakan hari-hari yang bodoh. Entah kami memelihara apa hingga keadaan hati kami tidak bisa lepas dari kemungkinan-kemungkinan buruk. Kami pun tak pernah menempatkan zaman sebagai perhentian yang ideal, sehingga nasib klise kami tak lebih dari pikiran kami yang naïf. Begitu kami rasa, kami perlakukan sajak-sajak buruk ini.

Setiap paginya, di mana kami terbiasa membangunkan diri kami dengan sajak-sajak cinta di twitter, kami selalu menciptakan diri kami sebagai pencinta ulung yang mampu menerjemahkan pertahanan-pertahanan Tuhan akan manusia-manusia dunia. Sedemikian tingginya kami pada luka-luka, kami percaya jika hidup kami memang tak lebih dari kebahagiaan sajak. Sedang saat itu, di dalam diri kami yang lain, kenangan kami terlantar dan menyadari hilangnya rahasia-rahasia. Termasuk kebebasan kami yang sekarang membuat kami sering masuk angin. Jangan bayangkan kami sebagai manusia yang tak mampu dikenali. Zaman yang besar ini membuat kami mudah sekali dikenali: rindu kami sering kami rangkum, rahasia kami sering menyusup ke manusia lain, amarah kami sering kami rebahkan di dada sajak, atau ringkasnya diri kami tak lebih dari repetisi sajak. Maka, kuingatkan kalian pada kalimat sajak goenawan: “kau lelah, aku tidak, ketika kita sebut kata ‘pernah’”

Ikutilah persiapan kami setiap memandang zaman. Riuh kami pada kekasih adalah bagian terbesar diantaranya. Supaya waktu leluasa membaca persoalan kami, ia akan menciptakan kerisauan zaman. Saat itu, kami akan menawarkan doa dan beberapa teka-teki hiburan sehingga usia dan kehilangan adalah bahan percakapan paling intim di antara sajak dan rahasia. Saat itu perhatikanlah kenapa kemudian mendung sering datang atau cuaca jadi polutan menjengkelkan bagi sajak kami. Hujan menjadi paradoks, anak-anak kecil yang bermain-main menjadi cemas kami, dan rindu kami sendiri tak lebih dari perkiraan kami kapan cuaca berhenti menyiksa kami. Kekasih kami adalah esok yang menguraikan dirinya sebagai harapan atau permainan petak umpet antara pertanyaan dan ketegasan. Maka, kami menyimpan birahi kami seperti rahasia kami (tentu, kalian pasti bisa menebak bagaimana rahasia kami, kami keluarkan seperti birahi). Tak ada yang boleh mempertanyakan kenapa birahi kami sebegitu tersembunyi dan sebegitu utuhnya dalam diri kami, sebab makna dan tafsir kami pada kekasih kami akan ditentukan pada seberapa sempurnanya kami menjadikan birahi kami sebagai persoalan dalam sunyi kami. Sebutlah birahi kami sebagai anak sungai yang terus bergerak menyuburkan sawah-sawah dan pematangnya, juga yang mengairi hutan-hutan kota yang gilang gemilang sejuknya, atau sebutlah ia sebagai sumber mata air bagi sumur-sumur rumah penduduk. Ia adalah keajaiban kami pada repetisi-repetisi emosi sajak kami. Maka, jika kalian masih kuat mengikuti persiapan kami, jangan kalian diam-diam menunggu kehadiran bayangan atau dongeng kosong tentang ibu. Kami petikkan potongan sajak sapardi untuk birahi kalian: “soalnya ia suka mengusikku tengah malam, padahal aku sering ingin sendirian/soalnya ia baka”

Monday, April 16, 2012

Di setiap sajak urban dini hari

Kabut yang lembab
Sejak malam-malam
Tak memacu air mata
Adalah bahasa ibu
Pada pintu kos tua
Ketika ia membahas
Jagad raya pertaruhan

Tuhan menyabdakan ungkapan-ungkapan urban
Jendela kamar kami melihat riwayat lampu-lampu senyap

Di bayang-bayang
Setiap kesimpulan kota
Kami tetap tak paham
Akan cemas kami
Kiasan-kiasan mendekap
Korban kami, kami korban
Kelahiran sejarah yang tak tetap

Sunday, April 8, 2012

Sukma dan cahaya yang entah bagaimana



Demikian itulah bermula
Sebuah klise:
Seorang anak, yang berkata,
“Aku pergi ke sebuah sore”

Dan seperti semestinya sebuah sore, cahaya matahari dan cahaya lampu akan saling bertabrakan menciptakan fiksi kota yang menjadi pesolek paling urban. Dan di situlah saya melihat ketidakadilan manusia pada cahaya. Ketidakadilan yang dingin, ketidakadilan yang hanya berdasar kelaziman. Di malioboro, di kota yang sejarahnya dipenuhi ketidakadilan dari para pesolek. Maka, saya menjelmakan diri saya sebagai Zarathustra yang membawakan cinta yang mampu menanggung seluruh hukuman dan kesalahan cahaya pada manusia: sebuah sukma.
Begitulah saya datang pada malioboro, membawa sukma dengan semangat sajak-sajaknya. Mencoba membuat lampu-lampu ini berjaga padanya. Semangat itulah yang mau tidak mau membuat saya memotret perempuan ini. Lampu-lampu yang remeh-temeh dan menyusahkan ini membuat saya sering jengkel setiap mencoba mendapat pemandangan kota di malam hari. Dengan memotret perempuan ini, saya mencoba untuk mencari sisi indah lampu-lampu ini. Sisi indah kota malam hari di tengah perempuan urban. Dan sepertinya, cahaya dan kota dan perempuan yang bersajak adalah perpaduan yang cukup menyulitkan. Kesulitan yang permanen. Sempat saya merapal sajak “Di malioboro” milik GM, tapi tak ada yang akan bisa diterangkan, rasanya. Saya sampai pada titik sadar jika saya masih amatir dalam hal memotret. Saat itu juga saya menyerah. Bukan pada sukma yang bersajak atau kota yang bercahaya. Tapi pada ilmu pengetahuan yang semakin banyak melahirkan keajaiban. Hingga dongengan leluhur malu tersipu. Hingga saya tak menemukan kata-kata untuk mengungkapkan kesulitan saya ini. Hingga saya harus banyak mengutip banyak ucapan-ucapan orang untuk mengungkap betapa sulitnya sukma, malioboro, dan cahaya saat ada di mata dan kamera saya. Pada akhirnya, narasi ini akan saya akhiri dengan kutipan puisi Komang Ira:

Aturan-aturan tak mesti dipatuhi
Badai mengubahnya lebih indah
dari segala arah angin
Memukul-mukul bebatuan
Dengan tanganya
Yang bernama ketiadaan

Retaklah batu
Seperti bulat mata mereka yang pucat






Tuesday, March 20, 2012

The girl in the garden: Caka windi





Suatu hari, Lawrence, si lelaki kesepian yang serba kik kuk masuk ke sebuah cafe, membeli secangkir teh itali. Ia sendiri dan kehabisan kursi. Tapi, London selalu punya banyak cara agar cinta tetap nakal dan elegan. Maka di satu sudut cafe itu, Gina, sang perempuan yang baru patah hati, duduk sendirian bersama kopi itali yang pahit. Hidup adalah keniscayaan waktu. Dan pertemuan tak lebih dari keniscayaan hidup yang biasa-biasa saja. Di sanalah, perasaan akan memberi manusia pemaknaan-pemaknaan pada hal yang biasa-biasa itu. Lawrence, yang diperankan aktor dengan kerut muka yang sangat fotogenik, memaknai Gina sebagai gadis muda yang penuh kesyahduan dan kebaruan hidup.

Dengan segala kekik-kukkanya yang khas lelaki kesepian dan penuh ragu, Lawrence menghadapi beberapa rintangan perasaan jatuh cinta seorang lelaki. Hingga, lelaki ini berhasil membawa Gina ke Reykjavik untuk menemani hari-hari rapat besar konferensi negara-negara G8. Disinilah masalah dimulai.

Cinta, pada akhirnya harus berhadapan dengan realitas dunia. Tidak saja kebutuhan primer sampai tersier, ia juga mesti berhadapan dengan berbagai isme-isme yang dimiliki dunia. Film The Girl In The Garden ini bukan kisah cinta yang ditabrakkan dengan masalah-masalah cinta itu sendiri, semacam romantisme Romeo-Juliet. Film ini menceritakan cinta dengan isme-isme di luar cinta, isme semacam sosialisme dan liberalisme. Gina, sang perempuan yang mudah sensitif dan tidak mau memahami gaya hidup pejabat publik dan staf-stafnya, membuat pikiran mentri keuangan Inggris, bos Lawrence, dan Perdana Mentri Inggris menjadi buntu karena dicecar dengan retorika-retorika ala demonstran di luar ruang konfrensi. Lawrence, si tua kikuk peragu ini, tak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkan si bos atau Gina. Maka, ujung cerita adalah kehancuran pekerjaan Lawrence dan terujinya cinta Lawrence-Gina.

Begitulah saya langsung teringat Lawrence dan Gina di film The girl in the cafe, saat mengambil foto-foto gadis berbaju merah ini. Bernama caka windi, sebut saja begitu, saya mengalami situasi yang hampir sama dengan Lawrence; berhadapan dengan gadis yang baru saja patah hati. Dan sayalah si kikuk Lawrence yang tidak paham bagaimana berhadapan dengan perempuan. Seluruh konsentrasi saya gunakan untuk mencoba membalas setiap percakapan si gadis. Dan apa kuasa, saya pikir saat tua nanti saya akan mengalami nasib Lawrence. Untung saja, saya memiliki perbedaan mencolok dengan Lawrence. Lawrence mendengarkan The Rolling Stones, sedang saya mendengar Nirvana. Perbedaan ini, membuat saya merasa mampu bertahan untuk tidak terlalu kik kuk dan peragu secara berlebihan seperti yang dialami Lawrence.

Maka, setiap saya kik-kuk berhadapan dengan sang model atau menatap mata sang model lewat kamera atau foto-foto hasil jepretan saya, saya kencangkan lagu Stay Away milik Nirvana di dada.

Friday, February 3, 2012

Dalam tumpukan siang hari, Simpang Lima

Martin Cooper dan Motorolla tahun 1973 mungkin tidak berpikir jika penemuan mereka memiliki efek mendasar dalam kehidupan. Handphone, ide mereka itu ternyata ikut menyumbangkan efek domino pada dunia, sebuah revolusi mesin digital. Keberlanjutan dari revolusi industrinya James watt. Visi handphone Cooper selama ini didapat dari film star trek. Awalnya ia kagum pada komunikator yang dimiliki Kapten Kirk di film Star Trek. Pada awalnya, segala hal adalah imajinasi. Sebuah imajinasi yang ada di dunia ide bagi Cooper bisa menjadi, bisa "real". Dan pada Joel, teknokrat Bell labs-perusahaan telekomunikasi raksasa di Amerika saat itu yang bagi Joel dan Motorolla adalah Goliath, Cooper menyiratkan sorak sorai implementasi idenya pada panggilan pertama penggunaan handphone: "Joel, I'm calling you from a 'real' cellular telephone. A portable handheld telephone."

Maka, tahun 2007 majalah TIME menjatuhkan penghargaan "Best Inventor" pada Cooper. Sejajar dengan Tesla dan Newton yang juga memberi pengaruh mendasar pada dunia pengetahuan manusia. Pengaruh mendasar yang kemudian disebut masyarakat sebagai revolusi digital: mesin ketik menjadi komputer, piringan hitam menjadi DVD, dan telpon rumah menjadi handphone. Dan Cooper, Paul Gregg, atau Von Neumann tidak dapat membendung lagi pengembangan penemuan-penemuan mereka di revolusi paling kontemporer ini.

Saya tidak bisa membayangkan seandainya Cooper menelpon istri, kekasih, atau mungkin keluarganya pada panggilan pertamanya. Ia memilih Joel, teknokrat yang bagi Cooper adalah teknokrat yang jauh lebih berpengalaman daripadanya, yang juga menjadi saingan utamanya saat itu dalam persaingan menciptkan telpon portabel yang mobile. Pun pada panggilan kedua handphone pertama di dunia itu, ia malah menyerahkan handphone pada wartawan dan pejalan kaki di sekitar New York Hilton hotel untuk ikut mencobanya. Saya lalu terlempar ke film The King's Speech. Di meja makan, Logue, diperankan Geoffrey Rush yang bagi saya lebih asyik aktingnya daripada Collin Firth, bercerita pada istrinya, Myrtle jika ia mendapat pasien sangat spesial. Tapi kemudian ia tidak melanjutkan siapakah sang pasien itu hingga sang pasien yang kemudian jadi King George VI mendatangi rumah mereka berdua.

Saya tidak tahu kehidupan pribadi Cooper. Tapi bayangkan seandainya Cooper menelpon istrinya atau anaknya atau siapapun yang memiliki keterikatan emosi paling dekat di kehidupan pribadinya. Bayangkan bagaimana media akan memblow up habis-habisan kejadian paling romantis di era revolusi digital itu. Bayangkan bagaimana reaksi Myrtle jika Logue, seorang nekad yang tidak punya latar belakang akademis terapi mulut, bercerita pada Myrtle bahwa ia sedang menangani anak kedua seorang Raja Inggris yang menjadi permasalahan se-Britania Raya karena kegagapanya. Betapa monumentalnya sebuah arti komunikasi pada kedua contoh kasus yang saya sebutkan itu.


Kutulis lagi sebuah puisi
mungkin untukmu, mungkin juga bukan
kata-kata selalu punya banyak kemungkinan,
seperti waktu, seperti tubuhmu.
...............................


Kata-kata adalah alat komunikasi. Padanya kita menyingkap banyak makna, banyak kemungkinan. Sebagai pengantar ide, kata-kata mau tidak mau menjadi sebuah jalan nasional di sebuah pulau besar gagasan. Sebagai jalan utama, ia memiliki banyak cabang, dari jalan propinsi, jalan kabupaten, hingga jalan desa. Seperti waktu yang merelatifkan banyak kejadian, kata-kata mampu menisbikan berbagai pengertian dan ide. Seperti tubuh tokoh imajinasi Ahda Imran dalam puisi itu, kata-kata memiliki berbagai bayangan mau kita imajikan seperti apa ia.

Maka komunikasi mau tidak mau harus berada dalam satu paket tatanan gagasan. Artinya, jika ingin mempertahankan satu ide dalam sebuah kata/kalimat/komunikasi sebagai ide mutlak, tanpa menerima berbagai pengertian lain, silahkan bermonolog. Dalam duplik cerpen 'langit makin mendung', H.B Jassin, pada paragraf keduanya, paragraf setelah ucapan terima kasihnya, langsung mempermasalahkan sikap jaksa penuntut umum yang tidak mau membuka komunikasi, tidak mau membuka berbagai kemungkinan lain atas cerpen Ki Pandjikusmin. Bagi Jassin, Jaksa lebih suka bermonolog, berbicara dalam jurusan pikiran sendiri. Lebih jauh, Jassin berkata jika jaksa tidak terbuka hatinya bagi keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan yang positif. Jassin, orang yang bergelut di dunia kata-kata itu dengan tegas memastikan jika kata-kata memiliki pengaruh yang besar pada hati, pada perasaan. Hati, sesuatu yang terkait dengan rasa, sense, menjadi hal yang paling menohok ketika Jassin membicarakan permasalahan Jaksa itu. Saya tidak mampu menahan implikasi besar jika setiap orang di dunia bermonolog, memutlakkan idenya akan kata tanpa mau menerima kemungkinan lain.

Sunday, January 15, 2012

Di musim kenangan

I/
Pergilah
Mencari jalan keluar
Atau luka yang basah

Di tiap kubangan
Yang sempurna, kau akan tahu
Siapa yang riuh. Bersamamu
Dan bersama cuaca buruk itu

Di tiap bayangan dan jawaban
Aku rasa aku akan tahu
Dari mana datangnya kekalahan
Dan sejarah kemenangan

II/
Kuatlah
Sesekali, percayakan nasib
Pada cinta dan kehendak spontan
Sebab di sana, kalimatmu
Takkan jadi apa-apa. Luka tak datang
Dan rindu tak bikin kita berjarak

Tundalah mimpi-mimpi yang patah
Aku sengaja, dengan tenang
Memilih kesakitan sebagai cara
Mengurai cinta yang gagal lahir

III/
Saat orang-orang sibuk jadi jendela
Saat itu, baiknya kita mengenang segala
Dengan kenyataan. Kau hujan
Aku sungai. Di sekeliling kita hutan
Dan tujuan kita adalah perjalanan

Sepanjang kesunyian itu
Kau akan mendongengkan aku
Percakapan dua orang kalah
Yang diam-diam membuntutimu
Dengan air mata dan kepercayaan
Yang melulu jadi pertanyaan

IV/
Seandainya kau tak bergetar
Pada kecemasanku. Hidupkanlah
Perasaan dan kenangan-kenangan
Di wajah-wajah gelandangan penghuni taman

Di taman itu aku bernyanyi
Soal sudut-sudut diam yang dihuni
Kecemasan dan kebodohan negara
Yang selalu salah saat mengganti
Lampu phillips dengan lampu petromaks
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Friday, January 13, 2012

Ode untuk 2012

Pada awalnya, saya tidak terlalu memikirkan tahun ini. Saya dipusingkan banyak hal, terutama tentang perginya zarathustra yg entah ke mana. Saya tidak terlalu pusing sampai saya memegang buku mengenai Soe Hok Gie. Soe, cina nasionalis itu, meninggal di umur 27.

Saya lalu ingat diri saya. Tahun ini, 5 bulan lagi, saya berumur 27. Jujur, saya ingin meninggal saat umur 27. Karena saya merasa sudah tidak berguna buat siapa-siapa. Andaikan saya tidak mati, makin kacaulah diri saya ke depan-depanya.

Chairil, hendrix, cobain, morrison mati di umur 27. Siapa yang tidak tertarik dengan legenda 27 itu: mati di saat manusia ada di puncak keseimbangan idealisme dan pragmatisme. Sebab setelah 27, hidup hanya dipenuhi pragmatisme, untuk itu saya tertarik mati di umur 27.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Thursday, January 5, 2012

Kepada televisi

Dewi gita, di malam kami yg tidak pernah lugas, kamulah makanan ruhani kami dari kekosongan: burjo yg lupa mana yogya mana kuningan, susu dancow yg memilih tidak bertindak apa-apa, dan pisang aroma yg diamdiam membunuh kami dengan vanila.

Dewi gita, di malam kami yg hilang dalam keadaan ini, kamulah pembakar cita-cita cinta kami: sepasang gay yg dipenuhi senyum mesra, keluarga kecil yg memilih menu makan malam, juga gadis-gadis cantik yg bahagia terlihat haus perhatian.

Dewi gita, di kesepian yg tak memilih pergi, apakah ada rindu yg semanis lagumu: bahagia di tv selalu terlihat tulus, tak ada kesedihan, atau kami tak pernah bisa memilah mana yg diatur mana yg tidak.

Dewi gita, siapakah kami saat kami memuja berbagai rindu ini: kau menyanyi tak henti, aku minum susu, tak ada yg tahu siapa yg lupa pada puisi.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Wednesday, January 4, 2012

Kepada pemahaman

Pada akhirnya
Sajak tak lebih baik
Dari apa-apa
Bahkan darimu
Yang memilih pergi
Ke sajak